Senin, 17 Agustus 2009

Bersyukur dan Bahagia...

Terima kasih untuk sahabatku “Yenny Gunawan” yang telah mengirimkan email tentang kisah berikut ini untuk kita renungkan bersama :

Alkisah, ada seorang pedagang kaya yang merasa dirinya tidak bahagia. Dari pagi-pagi buta, dia telah bangun dan mulai bekerja. Siang hari bertemu dengan orang-orang untuk membeli atau menjual barang. Hingga malam hari, dia masih sibuk dengan buku catatan dan mesin hitungnya. Menjelang tidur, dia masih memikirkan rencana kerja untuk keesokan harinya. Begitu hari-hari berlalu.

Suatu pagi sehabis mandi, saat berkaca, tiba-tiba dia kaget saat menyadari rambutnya mulai menipis dan berwarna abu-abu. "Akh. Aku sudah menua. Setiap hari aku bekerja, telah menghasilkan kekayaan begitu besar! Tetapi kenapa aku tidak bahagia? Ke mana saja aku selama ini?"
Setelah menimbang, si pedagang memutuskan untuk pergi meninggalkan semua kesibukannya dan melihat kehidupan di luar sana . Dia berpakaian layaknya rakyat biasa dan membaur ke tempat keramaian.
"Duh, hidup begitu susah, begitu tidak adil! Kita telah bekerja dari pagi hingga sore, tetapi tetap saja miskin dan kurang," terdengar sebagian penduduk berkeluh kesah.
Di tempat lain, dia mendengar seorang saudagar kaya; walaupun harta berkecukupan, tetapi tampak sedang sibuk berkata-kata kotor dan memaki dengan garang. Tampaknya dia juga tidak bahagia.
Si pedagang meneruskan perjalanannya hingga tiba di tepi sebuah hutan. Saat dia berniat untuk beristirahat sejenak di situ, tiba-tiba telinganya menangkap gerak langkah seseorang dan teriakan lantang, "Huah! Tuhan, terima kasih. Hari ini aku telah mampu menyelesaikan tugasku dengan baik. Hari ini aku telah pula makan dengan kenyang dan nikmat. Terima kasih Tuhan, Engkau telah menyertaiku dalam setiap langkahku. Dan sekarang, saatnya hambamu hendak beristirahat."
Setelah tertegun beberapa saat dan menyimak suara lantang itu, si pedagang bergegas mendatangi asal suara tadi. Terlihat seorang pemuda berbaju lusuh telentang di rerumputan. Matanya terpejam. Wajahnya begitu bersahaja.
Mendengar suara di sekitarnya, dia terbangun. Dengan tersenyum dia menyapa ramah, "Hai, Pak Tua. Silahkan beristirahat di sini."
"Terima kasih, Anak Muda. Boleh bapak bertanya?" tanya si pedagang.
"Silakan."
"Apakah kerjamu setiap hari seperti ini?"
"Tidak, Pak Tua. Menurutku, tak peduli apapun pekerjaan itu, asalkan setiap hari aku bisa bekerja dengan sebaik-baiknya dan pastinya aku tidak harus mengerjakan hal sama setiap hari. Aku senang, orang yang kubantu senang, orang yang membantuku juga senang, pasti Tuhan juga senang di atas sana. Ya kan ? Dan akhirnya, aku perlu bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan atas semua pemberiannya ini".
Sahabat-sahabatku terkasih,...
Mungkin sebagian dari kita mengalami hal seperti cerita ini.. Seringkali merasa tidak cukup bahagia.. mengeluh.. dan terus mencari pembenaran diri untuk layak mengeluh.. Sesungguhnya pada saat kita mengeluh, Tuhan Sang Pencipta sedang bersedih, melihat kita umatNya tidak mensyukuri nikmat yang telah diberikanNya...
Memang harta kekayaan merupakan kebahagiaan yang berwujud.. namun ada kebahagiaan yang tak ternilai harganya, yaitu saat kita sudah melakukan segala sesuatunya dengan baik.. dan apa yang kita lakukan dapat membuat orang lain bahagia.. terlebih apa yang kita lakukan dapat membuat Tuhan tertawa bahagia dan upah kita sungguh lah besar di Surga...
Walaupun mudah untuk ditulis.. mudah untuk disharingkan, namun cukup sulit untuk dilakukan.. Oleh karenanya, sahabat-sahabatku terkasih, bila kita masih sering mengeluh, masih sering merasa tidak cukup bahagia, yukss.. kita belajar untuk mempunyai hati yang lapang untuk menerima segala sesuatu yang telah diberikan Tuhan untuk kita dan tetaplah BERSYUKUR.... maka kita akan BAHAGIA..

Salam sukses luar biasa untuk kita semua !
GBU