Keempat kata diatas ini harus sangat dihindari oleh setiap penjual dalam bidang apapun. Jangan menganggap remeh kata-kata itu, karena keempat kata tersebut adalah sikap yang apabila dilakukan apalagi kalau sampai dibiasakan untuk dilakukan, maka dampaknya akan ”fatal” terhadap penjualan.
Seorang penjaga toko handphone terlihat malu-malu duduk di belakang etalase tokonya. Setiap orang yang lalu lalang dibiarkan melewati tokonya tanpa sepatah dua patah kata pun terucap dari bibirnya, walaupun hanya sekedar memanggil orang untuk mampir. Mengapa dia berbuat demikian? Tidak terbiasa? Atau mungkin dia malu untuk memanggil? Namun apapun alasannya, sebagai seorang sales, seharusnya dia tidak boleh hanya duduk diam, menunggu orang mampir dengan sendirinya. Seandainya saja dia memanggil orang yang lewat, “Silahkan Bu/ Pak.. lihat-lihat dulu..”. Mungkin saja orang yang tadinya hanya sekedar berjalan melewati toko, namun karena mendengar dirinya dipanggil, akhirnya berhenti sejenak atau bahkan mampir. Yah.. kita tidak akan pernah tahu hal seperti ini akan berakhir dengan adanya penjualan atau tidak. Tapi setidaknya kita sudah menciptakan adanya kesempatan.
Jadi, jangan malu yah..!
Kebetulan saya suka belanja terutama pakaian, jadi sempat saya memperhatikan cara menanggapi pelanggan dari setiap toko/ butik yang saya kunjungi. Pada suatu kesempatan, iseng saja, saya mampir ke sebuah Butik Pakaian, yang belum pernah saya datangi sebelumnya. Saya tertarik dengan satu model pakaian yang dipajang di toko itu, namun sayang ukurannya tidak sesuai dengan ukuran badan saya. Kemudian saya bertanya kepada salah satu pegawai, “Mbak, bisa lihat yang ukurannya lebih kecil?”. Si pegawai, yang saat itu memang terlihat agak sibuk melayani pelanggan, lantas cepat saja menjawab “Tidak ada”. Dia mengucapkan pernyataan itu tanpa sempat dia memperhatikan model pakaian yang saya tunjukkan kepadanya. Saya pikir hebat sekali pegawai itu, tahu persis bahwa pakaian yang saya inginkan sudah habis dari stok. Padahal stok pakaian yang ada di toko tersebut pasti sangat banyak dan beraneka ragam.
Yah sudahlah.. karena ukuran pakaian yang saya inginkan tidak ada, maka saya mengalihkan ke model lainnya, mungkin ada yang cocok. Namun tak berapa lama berselang, seorang pelanggan lain menanyakan pakaian dengan model dan ukuran yang saya tanyakan tadi. Namun anehnya, pegawai itu tidak menjawab “tidak ada”, seperti yang dia katakan kepada saya sebelumnya, melainkan dia berusaha mencari di stok pakaiannya, dan ternyata… ada ! uughhhh…#$@%^! Ehmm… entah apa sebabnya dia melakukan hal sepeti itu, apakah dia kebetulan sedang sangat sibuk saat saya bertanya kepadanya, atau dia malas mencarikannya untuk saya, karena saya orang baru, sedangkan orang yang lain tersebut adalah langganan tetapnya. Namun apapun alasannya, dia telah melewatkan kesempatan mendapatkan langganan baru. Yah.. kita tidak akan pernah tahu apakah dia akhirnya berhasil menjual kepada pelanggannya itu atau saya, yang merupakan orang baru dan mungkin sebagai calon pelanggan tetap berikutnya…
Jadi, jangan malas dong.. !
Seorang ibu datang ke salah satu toko mainan. Ia ingin mencarikan hadiah ulang tahun untuk anaknya. Beberapa mainan telah dia minta ke pegawai toko untuk dicoba, mulai dari robot-robotan, mobil-mobilan sampai notebook mainan untuk anak, namun sepertinya tidak ada tanda-tanda bahwa si ibu cocok dengan salah satu mainan diantaranya. Memang sepertinya ibu itu “agak bawel dan ribet”, hehe.. maklumlah ibu-ibu.. . Sang pegawai yang sedari awal melayani si ibu mulai jenuh dan nampak kesal. Kemudian dia meminta kepada salah satu teman pegawai lainnya untuk gantian melayani, sembari menggerutu, “Ngapain sih dari tadi coba ini itu tapi ga beli-beli.., emang cuma dia aja yang mau beli”. Marah… ya pegawai itu marah karena merasa lelah melayani dan semakin kesal karena si ibu tidak jadi membeli. Bagaimanapun perilaku si ibu, namun pegawai tersebut tidak seharusnya marah atau kesal. Sebagai penjual seharusnya tetap menerapkan konsep “Pembeli adalah Raja”, sehingga apapun yang dilakukan calon pembeli (ribet, bawel, pelit, dsb) tetap harus ditanggapi dengan sikap yang baik. Yah.. kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi nanti, mungkin saja si ibu tadi hanya sedang bingung memilih, sehingga dia meninggalkan toko sejenak, untuk kemudian dia kembali lagi dengan satu keputusan, mainan mana yang akan dibeli.
Jadi, jangan marah dulu ya.. !
Saya tertarik dengan cara menjual/ menarik minat pelanggan dari salah satu pemilik Butik Pakaian yang pernah saya kunjungi. “Pantang menyerah..” Ya.. dia dengan gigihnya membuat suatu closing penjualan dengan calon pembelinya. Entah daya tarik apa yang membuat saya akhirnya membeli pakaian di toko itu, yang pasti saya melihat adanya sikap pantang menyerah dari penjual itu. Sempat beberapa kali saya mengurungkan niat untuk membeli (karena harga belum cocok), dengan berpura-pura pergi meninggalkan toko itu, bahkan sempat saya mengatakan “Nggak deh.. lain waktu aja.”. Namun si penjual itu memanggil saya, dan lagi-lagi mengajak saya untuk meneruskan proses nego harga dengan gigihnya, sembari sesekali mengucapkan kalimat yang menarik perhatian saya. “Bagus deh, cocok sekali dipakainya. Baju-baju koleksi kami ini beda dengan baju di toko-toko lain, karena saya yang bawa sendiri dari luar negeri. Jadi, jumlahnya terbatas dan mba tidak akan menemukan model dan bahan seperti ini di toko lain. Bla..bla..bla”. Sampai akhirnya, saya membeli juga, tentu dengan harga yang mungkin menguntungkan kedua belah pihak. Satu sama lain berkorban lah.. Itu baru OK..
Jadi, jangan menyerah..!
Beberapa ilustrasi diatas, kerapkali kita temui dan alami di kehidupan sehari-hari. Namun, apabila suatu saat kita berada di posisi sebagai penjual, maka sebaiknya 4 M ini dihindari.
Jadi ……
Jangan Malu !
Jangan Malas !
Jangan Marah !
Jangan Menyerah !
Keep our spirit …