Minggu, 02 Oktober 2011

Bagi Tuhan Tak Ada Yang Mustahil...

Ku yakin saat Kau berfirman
Ku menang saat Kau bertindak
Hidupku hanya ditentukan
Oleh perkataanMu

Ku aman kar'na Kau menjaga
Ku kuat kar'na Kau menopang
Hidupku hanya ditentukan
Oleh kuasaMu

chorus

Bagi Tuhan tak ada yang mustahil
Bagi Tuhan tak ada yang tak mungkin
MujizatNya disediakan bagiku
Ku diangkat dan dipulihkanNya

Ku diangkat.. dan dipulihkanNya..

Tak terasa, air mataku menetes jatuh ke pipi perlahan, sesaat setelah kuputar CD lagu rohani dari Sari Simorangkir, khususnya lagu “Bagi Tuhan Tak Ada Yang Mustahil. Kuputar berulang-ulang tak hentinya dan kuamini setiap kata dari lagu itu. Kuterima CD itu dari seorang sahabatku Grace, yang khusus diberikannya kepadaku untuk membuatku kuat dan selalu percaya akan kuasa Tuhan…

Aku tidak pernah meragukan kuasa dan penyertaan Tuhan atasku.. tapi entah mengapa semalam aku seperti merasa berada di titik terlemah sepanjang hidupku.. Memang sejak kemarin malam aku diare, kira-kira 5x sudah aku buang air.. ditambah keesokan harinya aku harus menjemput dan mengantar seorang sinshe untuk mengobati mamaku dari sakit stroke nya. Sepulangnya ke rumah, aku kembali diare, padahal sepanjang perjalananku bolak balik Jakarta Tangerang Jakarta sudah berhenti. Dan malam itu, setelah memandang dan ngobrol sejenak dengan mamaku yang masih terkulai lemah di tempat tidur, aku mencoba untuk mengistirahatkan badanku…

Badanku terasa lemas sekali, lemah tak berdaya, sesering mungkin aku harus menarik dan menghela napas agar aku merasa lebih lega. Duduk, tidur, serba salah semua terasa tidak enak. Perut aku pun masih bergemuruh tak karuan. Selama kurasakan lemasnya tubuh ini, air matapun tak henti mengalir.. sementara disamping tempat tidurku berserakan obat-obat mama yang banyak tak terkira, dan harus kupilah-pilah mana yang masih harus diminum, bersamaan dengan obat sinshe (karena ada beberapa obat yang sebaiknya tidak diminumnya selagi dalam perawatan sinshe). Aku stresss... Air mata ini..bukan air mata kesedihan, namun air mata kelelahan.. aku sungguh lelah..lelah sekali malam itu.. Sampai aku tak tahu apa yang harus aku kerjakan dan pikirkan terlebih dahulu…

Akhirnya aku hanya bisa bersujud, meminta pertolongan Tuhan, untuk topang aku, menguatkan aku..menyembuhkan aku dari diare ini agar esok aku bisa lebih kuat dan konsentrasi mengurus mama… Dan puji Tuhan, hingga aku menulis blog ini, perutku sudah kembali normal, tentu dengan dibantu obat norit yang aku konsumsi sejak semalam… Thanks God !

Sejak mama terkena serangan stroke pertama tiga bulan lalu dan sempat dirawat di Rumah Sakit, setidaknya telah merubah hidupku..aku semakin menyayanginya, mengasihinya.. Walau terkadang raga ini lelah, tapi aku selalu bersyukur karena masalah demi masalah dapat aku lalui dengan pertolonganNya.

Namun ketika baru saja aku merasakan pemulihan mama perlahan-lahan, dengan dia mulai bisa belajar berdiri sendiri…aku harus menghadapi kenyataan lain, bahwa mama terkena serangan stroke kedua kalinya.. Kalau yang sebelumnya, penyakit itu mengganggu organ tubuh sebelah kiri, kali ini sebelah kanan.. Walau semua fungsi tubuhnya tidak mati, hanya lemah (aku bersyukur untuk itu), namun aku yakin mama sangat stress menghadapi kenyataan ini.. Dan hal ini yang paling berat yang harus kita hadapi.. karena mama tak boleh kehilangan semangat. Karena bukan oleh obat, dokter, sinshe, keluarga, saudara, namun karena semangat dari dirinya sendirilah dan kehendak Tuhan, maka ia akan pulih.

Sudah 4 hari sejak kepulangannya dari Rumah Sakit untuk kedua kalinya, mama harus makan dan minum melalui selang. Ia tak dapat merasakan apapun yang ia makan, karena makanan dan minuman masuk ke selang dari hidung langsung ke lambungnya. Tentu mama sangat rindu gudeq, nasi padang, bubur ayam abang-abang (yang lewat di depan rumah), mie ayam.. Itulah yang selalu diucapkannya (walau tak begitu jelas), kala kami sedang mengajaknya ngobrol. Ya ma…nanti kalau sudah sembuh, kita akan kasih mama makan ya..(sedikiitt aja tapinya.. :) ). Semoga keinginannya inilah yang akan menambah semangatnya untuk cepat sembuh ya ma...

Peristiwa demi peristiwa dalam hidupku, aku berharap tidak akan membuatku lemah dan mundur. Aku hanyalah manusia biasa, yang mudah goyah, mudah putus asa, mudah lelah… Namun aku bersyukur karena selama ini aku selalu mendapatkan dukungan, perhatian, kekuatan dari keluarga, sahabat, teman-teman. Walau hanya sebuah ucapan “cepat sembuh untuk mamanya ya”, “Tuhan pasti tak akan meninggalkan kita”, atau sharing dari beberapa teman yang juga pernah mengalami keadaan dimana keluarganya juga mengalami sakit yang sama dengan mama atau penyakit lainnya..sungguh membuat aku semakin kuat. Menyadari bahwa setiap orang memiliki kesusahannya sendiri… dan kesusahan yang kita alami bukanlah sesuatu yang patut dikeluhkan, namun diterima dan dihadapi dengan lapang dada.

Terima kasih Tuhan atas semua suka duka, sehat sakit, tegar dan lelahku.. Satu hal yang aku yakini, Engkau tidak pernah tinggal diam atas setiap permohonan yang umatMu panjatkan… Melalui siapa dan bagaimana mama akan dipulihkan, biarlah kehendakMu sajalah yang jadi.. aminnnnn…..

Love Love Love Love Love u Mom..so much…

Sabtu, 16 Juli 2011

I Love u Ma...

3 minggu sudah setelah mama kembali dari rumah sakit, aku seperti kembali ke masa lalu.. yah..masa dimana aku masih kanak-kanak...

Karena stroke yang menyerangnya 1 bulan lalu, mama saat ini sulit untuk menggerakkan kaki khususnya yang sebelah kiri, dan tenaganya yang tidak seperti dulu lagi hingga membuatnya tak mampu mengangkat tubuhnya bahkan untuk bangun dari tempat tidur.

Setiap pagi sebelum berangkat ke kantor, aku selalu menengoknya di kamar. Dia sudah sarapan pagi-pagi sekali, karena harus segera meminum 9 jenis obat sekaligus, demi mengejar waktu dia harus menjalani terapi di siang hari (karena terapi bisa dilakukan 5 jam sebelum dan sesudah makan obat). Dan kusapa dia “ma.., bagaimana pagi ini..? segar ya..? nanti siang latihan kaki ya… semangat, jangan malas..pasti bisa..”. Kira-kira kalimat sederhana itulah yang selalu kutinggalkan untuknya setiap pagi. Setelah kuucapkan kalimat itu dan sebelum kakiku melangkah keluar kamar, kupandang lagi sosok mamaku, dengan tubuhnya yang lemah, terduduk di sebuah bangku yang selalu tidak jauh dari tempat tidurnya, menyendok sedikit demi sedikit makanan untuk dimasukkan ke mulutnya.

Akibat stroke, tenggorokan mama pun jadi sulit untuk menelan makanan dan minumannya. Sehingga tak jarang apa yang masuk mulutnya pun keluar lagi… Melihat kondisinya, aku seperti melihat diriku saat balita ketika sedang makan, karena belum stabil mengunyah, sehingga terkadang makanannya tersisa di sekitar mulut atau tumpah di sekujur tubuhku… Ma.., dulu dirimu yang merawatku hingga akhirnya aku bisa makan sendiri, kini biarkan aku yang menyuapimu..dan jangan mama merasa tidak enak atau merepotkan aku ya…aku rela..aku tulus ma…

Dan aku pun melangkah pergi ke kantor… Selama aku di kantor, mama menjalani terapinya yang hingga saat ini sudah memasuki tahap 2 (12 kali terapi). Dan aku hanya bisa memantau perkembangannya melalui sms suster di rumah yang setia menjaganya. Terkadang senang tak terkira, bila suster tiba-tiba sms memberitahuku bahwa mama sudah bisa menggerakkan kaki kirinya, atau mama sudah bisa menelan makanan atau minumannya dengan baik. Setiap perubahan kecil yang terjadi padanya, membuatku tersenyum sumringah… Setelah lelah dengan pekerjaan kantor seharian, saatnya aku pulang ke rumah, tak sabar untuk membuktikan sendiri perkembangan mama yang baik yang diberitahu susterku.

Sesampai di rumah, aku menengoknya lagi di kamar. Terkadang mama sedang duduk di bangku dekat tempat tidurnya dan menonton TV, namun bila sudah terlalu malam, biasanya dia sudah bersiap tidur di ranjang. Kembali kusapa dia, “bagaimana hari ini ma..? tadi siang sudah latihan? Enak kan gak..?” Dan mama hanya memberi isyarat melalui tangan atau bibirnya (karena dia sulit untuk berbicara), aku mengerti apa yang diungkapkan. Terkadang aku sedih mendengar bila dia mengatakan “yah..beginilah..” dengan mengisyaratkan melalui tangannya yang menandakan bahwa kondisinya masih begini begini saja… Lalu kujawab, “ma..jangan seperti itu ya..? jangan nyerah.. yeny dan cici aja masih semangat, mama juga harus semangat..”. Sesekali kuminta dia untuk menggerakkan kaki kirinya, “ayo ma, coba angkat kakinya..geser-geser..”. Terlihat gerakannya tapi sedikiiiit sekali, dan sebentar saja mama menyudahi usahanya.

Melihat kondisi seperti itu, aku sedih..dan sedikit kecewa, mengapa sepertinya mama tidak semangat, mudah menyerah..hiks.. Mama lebih percaya obat, dokter dan terapi yang dilakukan orang lain untuknya..padahal untuk bisa cepat pulih, semangat dan motivasi diri sendirilah yang sangat diperlukan.

Lalu aku ajak ngobrol mama, kuingatkan dia pada masa kecilku bersamanya.. “Ma, waktu yeny masih kecil, waktu mau belajar jalan, mama kan yang mengajari yeny..? mama menuntun dan memegang tangan yeny lalu sesekali melepasnya..? lalu kenapa akhirnya yeny bisa berjalan? Karena yeny berusaha melakukannya sendiri kan..? bukan karena mama atau papa yang menuntun yeny terus..? Sama dengan mama sekarang.., bukan obat atau dokter yang membuat mama bisa jalan lagi, tapi mama sendiri.. mama pasti bisa! Seusai kuucapkan hal itu, mama menangis sambil mengucapkan kata "iya" dengan susah payah... Dan aku tak sanggup menahan air mataku pula namun kutahan agar tak tampak di matanya.. segera kusudahi obrolanku karena malam pun telah larut.. "Ya udah, besok latihan lagi ya ma… Selamat tidur… “. Kalimat-kalimat seperti inilah yang selalu kutinggalkan sebelum dia tidur dan aku beranjak ke kamarku untuk beristirahat pula…

Dan kini, 3 minggu sudah setelah mama kembali dari rumah sakit, setiap kejadian yang aku lihat dan rasakan, aku merasa seperti kembali ke masa lalu..masa dimana aku masih kanak-kanak... Apa yang mama lakukan untukku di masa lalu, kini aku yang melakukannya untuk mama…

Ma.. kondisimu saat ini sungguh telah membukakan mataku bahwa selama ini aku kurang punya waktu untuk memperhatikanmu… maafkan aku ya ma… Dan kini, selama aku masih sanggup untuk membuatmu pulih, aku tak kan membiarkanmu menanggunya sendiri…

I Love u ma…

Minggu, 15 Mei 2011

"Lapangkan Hatimu Seluas Telaga..."

Di tengah hatiku sedang galau akhir-akhir belakangan ini..saat aku merasa hampur gagal dan tak berarti.. kebetulan sekali seorang sahabat mengirimkan sebuah renungan via bbm, yang sungguh menyejukkan dan menenangkan hatiku..
Dan aku ingin bagikan sebuah renungan penuh makna ini pula untuk semua sahabatku dimanapun berada...

Renungan malam..
Ada seorang tua bijak didatangi seorang pemuda yg sedang dirundung masalah.

Tanpa membuang waktu pemuda itu langsung menceritakan smua masalahnya.

Pak tua bijak hanya mendengarkan dgn seksama, lalu ia mengambil segenggam serbuk pahit & meminta anak muda itu u/ mengambil segelas air.

Ditaburkannya serbuk pahit itu ke dalam gelas & di aduk perlahan,
"Coba minum ini & katakan bagaimana rasanya?" ujar pak tua

"Pahit sekali" jawab pemuda itu

Pak tua itu tersenyum, mengajak pemuda itu u/ berjalan ke tepi telaga dibelakang rumahnya.

Mereka berjalan berdampingan & akhirnya sampai ke tepi telaga yg tenang itu.

Sesampai disana, Pak tua itu kembali menaburkan serbuk pahit ke telaga itu & dgn sepotong kayu ia mengaduknya,
"Coba ambil air dr telaga ini & minumlah"

Saat si pemuda mereguk air itu, Pak tua bertanya lagi,
"Bagaimana rasanya?"

"Segar" sahut si Pemuda

"Apakah kamu merasakan pahit di dalam air itu?" tanya pak tua

"Tidak" sahut Pemuda

Pak tua tertawa terbahak-bahak sambil berkata,
"Anak muda dengarkan baik-baik, pahitnya kehidupan sama seperti segenggam serbuk pahit ini, tak lebih tak kurang.

Jumlah & rasa pahitnya pun sama & memang akan tetap sama.

Tapi kepahitan yg kita rasakan sangat tergantung dari wadah yg kita miliki.

Kepahitan itu akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkannya.

Jadi saat Anda merasakan kepahitan & kegagalan dalam hidup,
Hanya ada satu yg Anda dapat lakukan:
Lapangkanlah dadamu menerima semuanya itu,
Luaskanlah hatimu u/ menampung setiap kepahitan itu"

Pesan Moral :
Hatimu adalah wadah itu. Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu adalah tempat kamu menampung segalanya.

"Jangan jadikan hatimu seperti gelas, Buatlah laksana telaga yg mampu menampung setiap kepahitan itu & merubahnya menjadi kesegaran & kedamaian..."

God loves you all my friends..

Have a nice day..everyday..

Rabu, 02 Februari 2011

Belajar dari Elang...

Malam ini aku mendengar sebuah cerita sederhana, dari radio mobil yang kutumpangi sepanjang perjalanan dari kantor menuju ke rumahku. Mungkin ini cerita lama, tapi jujur aku baru mendengarnya, dan aku sangat terkesan dengan maknanya. Dan kini saatnya aku berbagi cerita untuk para sahabatku, terutama bagi mereka yang belum pernah mengetahui sebelumnya, sepertiku... :)

Elang...yah tentunya kita sepakat untuk mengkategorikan hewan ini sebagai satu jenis unggas yang perkasa. Mengapa perkasa? Selain cakarnya yang kuat mencengkram, matanya pun tajam bagaikan mata pedang. Dan ternyata elang memiliki umur yang panjang, bisa sampai 70 tahun.. Wow..bagi manusia, di usianya ke-70, mereka tentu sudah menjadi renta dan mungkin tak berdaya. Namun, tahukah kita, seekor elang untuk dapat sampai di usianya 70 tahun, dia harus membuat suatu keputusan besar dalam hidupnya. Di usianya ke-40, ia dihadapkan pada suatu pilihan, apakah dia memilih pasrah dengan kondisinya, atau dia rela men’transformasi’ dirinya, namun dia akan dapat bertahan hidup hingga 30 tahun lagi.

Pada usianya ke-40 tersebut, seekor elang akan mengalami kesulitan hidup yang luar biasa. Paruhnya menjadi panjang hingga hampir mencapai dada, sehingga sulit untuk mencabik mangsa. Demikian pula dengan kuku cakar yang menjadi andalannya untuk menangkap mangsa dan menyerang musuh, akan menjadi panjang namun rapuh. Dan bulu-bulu tubuhnya yang semakin tebal dan panjang, menyebabkan tubuhnya menjadi berat, sehingga dia tak mampu terbang dengan bebas. Bila kondisi tersebut dibiarkan, tentu akhirnya elang akan semakin melemah dan akhirnya mati tak berdaya.

Hanya ada satu jalan untuk membuatnya menjadi kembali perkasa, yaitu dia harus memaksakan dirinya terbang tinggi hinggi ke puncak bukit. Lalu membuat sarang di tepi jurang. Dan di sarang itulah dia harus menjalani proses ’transformasi’ diri. Tindakan pertama yang dilakukan adalah mematukkan paruh sekeras-kerasnya ke bebatuan hingga paruhnya lepas. Dan setelah lepas, dia harus menunggu paruh baru tumbuh selama kurang lebih 5 bulan lamanya sampai paruh menjadi cukup kuat. Setelah paruh tumbuh, penderitaan berikutnya adalah dia harus mencabuti semua kuku-kuku di cakar. Dan setelah mencabuti kuku-kuku cakar, dia harus mencabuti bulu-bulu di tubuhnya satu persatu. Bayangkan, betapa menderitanya, badan tanpa bulu, tentu sangat merasakan dingin yang amat sangat di atas puncak bukit, apalagi ketika malam tiba…


Namun setelah proses ’transformasi’ dilaluinya, dia akan dapat hidup perkasa lagi, hingga 30 tahun mendatang.

Wow…kisah Elang ini sungguh sangat menginspirasi aku, membuat aku sadar betapa kecilnya perjuanganku dalam menjalani hidup ini dibandingkan perjuangan seekor elang yang mampu hidup hingga 70 tahun…

Hidup itu sebuah pilihan. Sukses atau gagal bukan semata-mata garis tangan kita dari Tuhan, namun kita dapat pula menentukan, apakah kita akan menjadi orang sukses atau gagal, tergantung bagaimana kita mengupayakannya. Belajar dari elang, dia memilih untuk melalui jalan yang sakit untuk dapat bertahan hidup lebih lama...

Terkadang kita enggan, malas, takut untuk melakukan ’transformasi’ diri. Tidak mau berubah atau takut untuk berubah!! Belajar dari elang, dia tidak takut menjalani proses transformasi, walaupun dia tahu itu akan menyakitkan dirinya...

Dan bila masalah mulai bertubi-tubi datang menyerang, kita mudah pasrah, terus mengeluh dan merasa diri tidak sanggup melaluinya. Belajar dari elang, sekali dia sudah memilih jalan untuk bertransformasi, dia terus melaluinya hingga proses itu usai...


Marilah kita tengok diri kita.. Belajar dari elang, kita harus mau berubah, dan pantang menyerah dalam hidup ini. Rasa sakit yang kita rasakan, hanya ujian yang Tuhan berikan pada kita. Dan percaya bahwa Tuhan telah siapkan jalan yang jauh lebih indah daripada masalah yang ada di depan mata...

Tuhan memberkati.

Amiiinnn...

Minggu, 16 Januari 2011

Tujuh Keajaiban Diri...

Tak ingin melewatkan kesempatan untuk menuliskan sesuatu yang aku pikirkan dan rasakan... Baru saja aku terima sebuah message via bbm dari seorang sahabat, sebuah cerita sederhana namun sangat bermakna, yang rasanya harus aku bagikan kepada sahabat-sahabatku...

Seorang guru memberikan tugas kepada siswa-siswanya untuk menuliskan Tujuh Keajaiban Dunia. Tepat sebelum kelas usai, siang itu, semua siswa diminta untuk mengumpulkan tugas mereka masing-masing.

Seorang gadis kecil yang paling pendiam di kelas itu, mengumpulkan tugasnya dengan ragu-ragu. Tidak ada seorangpun yang memperhatikannya... Malamnya sang guru memeriksa tugas siswa-siswanya itu. Sebagian besar siswa menulis demikian :

Tujuh Keajaiban Dunia :
1. Piramida
2. TajMahal
3. Tembok Besar China
4. Menara Pisa
5. Kuil Angkor
6. Menara Eiffel
7. Kuil Parthenon

Lembar demi lembar memuat hal yang hampir sama. Beberapa perbedaan hanya terdapat pada kesalahan penulisan atau urutan penulisan daftar tersebut. Tapi guru itu terus memeriksa sampai lembar yang paling akhir...

Saat memeriksa lembar terakhir tersebut, sang guru terdiam.. Lembar terakhir itu adalah milik si gadis kecil pendiam. Isinya seperti ini :

Tujuh Keajaiban Dunia :
1. Bisa melihat
2. Bisa mendengar
3. Bisa menyentuh
4. Bisa disayangi
5. Bisa merasakan
6. Bisa tertawa
7. Bisa mencintai

Setelah duduk diam beberapa saat, sang guru menutup lembaran tugas siswa-siswanya. Kemudian menundukkan kepalanya serta berdoa.. Mengucap syukur untuk seorang gadis kecil pendiam di kelasnya, yang telah mengajarkannya sebuah pelajaran hebat...

Sahabat.. cerita sederhana ini sungguh menggugah hatiku, sama seperti yang dirasakan si guru. Terkadang kita kagum akan kehebatan seseorang (ilmuwan, profesor dsb), kagum akan kemajuan teknologi, dan sebagainya.. Namun kita melupakan apa yang ada pada diri kita, akan... :
1. MATA kita - yang dapat membuat kita dapat melihat dunia dan seisinya,
2. HIDUNG kita - yang dapat membuat kita mencium wangi harum bunga-
bunga,
3. TANGAN
kita - yang dapat membuat kita dapat meraih dan memegang sesuatu yang ingin kita raih,
4. KAKI
kita - yang dapat membuat kita dapat berjalan menuju tempat yang ingin kita tuju,
5. TELINGA kita - yang dapat membuat kita mendengar bunyi dan lagu-lagu merdu nan indah,
6. MULUT kita - yang dapat membuat kita dapat merasakan makanan dan minuman dan untuk kita dapat berbicara,
7. NAFAS kita - yang dapat membuat kita hidup hingga saat ini....

dan masih banyak lagi yang Tuhan berikan untuk kita...


Maka, BERSYUKUR-lah atas apa yang kita miliki, baik di diri kita maupun yang ada di sekeliling kita.. Tidak perlu mencari keajaiban dimanapun... karena sesungguhnya, kita adalah ciptaan Tuhan yang AJAIB...

Selamat Hari Minggu sahabat.... \(^_^)/

Kamis, 13 Januari 2011

Tempayan Utuh atau Tempayan Retak.. ?

Waah..tak terasa sudah berganti tahun ya.. oya belum mengucapkan "Selamat Tahun Baru" untuk semua sahabat blog aku yaaah... (^^,) -- sukses senantiasa menyertai langkah kita di tahun ini... amiiin..

Semula aku ragu ingin menulis, setelah sekian lama tidak menulis di blog.. Banyak ide, tapi tidak cukup waktu untuk menuangkannya... Tapi secara tak sengaja, aku membuka blog seorang sahabat, yang sudah lama juga tak ku
buka. Di salah satu artikelnya, disharingkan apa manfaat nge-blog... Satu hal yang menggugahku untuk segera menulis lagi, dikatakannya bahwa nge-blog itu seperti meninggalkan "warisan", yang tentu saja bukan warisan harta benda, namun tentang berbagi ide, pemikiran dan pengalaman. Dan kita akan menjadi lebih kaya dengan berbagi.... Maka saat ini aku ingin sedikit berbagi kepada sahabat-sahabatku smuanya..

Sebenarnya aku hanya menuliskan kembali sebuah broadcast-an bbm dari seorang sahabat, maaf lupa nama pengirimnya, hanya sempat menyimpannya di note, karena isinya yang sangat baguuus....

Cerita bijak dari China, sebagai bahan renungan !
Seorang ibu di China yang sudah tua memiliki 2 buah tempayan yang digunakan untuk mencari air, yang dipikul di pundak dengan menggunakan sebatang bambu. Salah satu dari tempayan tersebut retak, sedangkan yang satunya tanpa cela dan selalu membuat air hingga penuh.

Setibanya di rumah, setelah menempuh perjalanan panjang dari sungai, air di tempayan yang retak tinggal separuh. Selama 2 tahun hal ini berlangsung setiap hari. Dimana si ibu membawa pulang air hanya satu setengah tempayan. Tentunya si tempayan yang utuh sangat bangga akan pencapaiannya. Namun tempayan yang retak merasa malu akan kekurangannya dan sedih karena hanya bisa memenuhi setengah dari kewajibannya.

Setelah 2 tahun, karena dianggap telah gagal, si tempayan retak berbicara kepada ibu tua, "Aku malu, sebab air bocor melalui tubuhku yang retak di sepanjang jalan menuju rumahmu...". Ibu itu tersenyum, "tidakkah kau lihat, bunga beraneka ragam di jalur yang kau lalui, namun tidak ada di jalur yang satunya?" Aku sudah tahu kekuranganmu, jadi aku menabur benih-benih itu. Selama 2 tahun aku bisa memetik bunga-bunga cantik untuk menghias meja. Kalau tidak seperti itu, maka rumah ini tidak seasri saat ini, karena tidak ada bunga.

Pelajaran yang aku dapatkan dari cerita sederhana ini adalah :
Setiap orang punya kekurangan, namun keretakan dan kekurangan itulah yang justru menjadikan kita hidup bersama lebih menyenangkan dan memuaskan satu sama lain.
Bayangkan kalau semua orang sempurna, mungkin yang akan terjadi pertengkaran, saling merasa diri hebat, tidak ada komunikasi, sosialisasi dan sebagainya. Dan tidak ada kesempatan dimana kita bisa saling mengisi dan melengkapi. Apa warnanya hidup ini ??? halah.. sok puitis gitu..?? hehe (^^,)

Apa saat ini kita adalah tempayan utuh atau tempayan retak..? jawabannya ada pada diri kita masing-masing....

Bila kita adalah tempayan retak, jangan berkecil hati.. Cari berbagai cara dan upaya, agar tetap dapat berkarya walaupun dengan keretakkan kita..

Bila kita adalah tempayan utuh, jangan sombong.. Tetap lakukan yang menjadi bagian kita dengan sebaik-baiknya..