Senin, 17 Agustus 2009

Bersyukur dan Bahagia...

Terima kasih untuk sahabatku “Yenny Gunawan” yang telah mengirimkan email tentang kisah berikut ini untuk kita renungkan bersama :

Alkisah, ada seorang pedagang kaya yang merasa dirinya tidak bahagia. Dari pagi-pagi buta, dia telah bangun dan mulai bekerja. Siang hari bertemu dengan orang-orang untuk membeli atau menjual barang. Hingga malam hari, dia masih sibuk dengan buku catatan dan mesin hitungnya. Menjelang tidur, dia masih memikirkan rencana kerja untuk keesokan harinya. Begitu hari-hari berlalu.

Suatu pagi sehabis mandi, saat berkaca, tiba-tiba dia kaget saat menyadari rambutnya mulai menipis dan berwarna abu-abu. "Akh. Aku sudah menua. Setiap hari aku bekerja, telah menghasilkan kekayaan begitu besar! Tetapi kenapa aku tidak bahagia? Ke mana saja aku selama ini?"
Setelah menimbang, si pedagang memutuskan untuk pergi meninggalkan semua kesibukannya dan melihat kehidupan di luar sana . Dia berpakaian layaknya rakyat biasa dan membaur ke tempat keramaian.
"Duh, hidup begitu susah, begitu tidak adil! Kita telah bekerja dari pagi hingga sore, tetapi tetap saja miskin dan kurang," terdengar sebagian penduduk berkeluh kesah.
Di tempat lain, dia mendengar seorang saudagar kaya; walaupun harta berkecukupan, tetapi tampak sedang sibuk berkata-kata kotor dan memaki dengan garang. Tampaknya dia juga tidak bahagia.
Si pedagang meneruskan perjalanannya hingga tiba di tepi sebuah hutan. Saat dia berniat untuk beristirahat sejenak di situ, tiba-tiba telinganya menangkap gerak langkah seseorang dan teriakan lantang, "Huah! Tuhan, terima kasih. Hari ini aku telah mampu menyelesaikan tugasku dengan baik. Hari ini aku telah pula makan dengan kenyang dan nikmat. Terima kasih Tuhan, Engkau telah menyertaiku dalam setiap langkahku. Dan sekarang, saatnya hambamu hendak beristirahat."
Setelah tertegun beberapa saat dan menyimak suara lantang itu, si pedagang bergegas mendatangi asal suara tadi. Terlihat seorang pemuda berbaju lusuh telentang di rerumputan. Matanya terpejam. Wajahnya begitu bersahaja.
Mendengar suara di sekitarnya, dia terbangun. Dengan tersenyum dia menyapa ramah, "Hai, Pak Tua. Silahkan beristirahat di sini."
"Terima kasih, Anak Muda. Boleh bapak bertanya?" tanya si pedagang.
"Silakan."
"Apakah kerjamu setiap hari seperti ini?"
"Tidak, Pak Tua. Menurutku, tak peduli apapun pekerjaan itu, asalkan setiap hari aku bisa bekerja dengan sebaik-baiknya dan pastinya aku tidak harus mengerjakan hal sama setiap hari. Aku senang, orang yang kubantu senang, orang yang membantuku juga senang, pasti Tuhan juga senang di atas sana. Ya kan ? Dan akhirnya, aku perlu bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan atas semua pemberiannya ini".
Sahabat-sahabatku terkasih,...
Mungkin sebagian dari kita mengalami hal seperti cerita ini.. Seringkali merasa tidak cukup bahagia.. mengeluh.. dan terus mencari pembenaran diri untuk layak mengeluh.. Sesungguhnya pada saat kita mengeluh, Tuhan Sang Pencipta sedang bersedih, melihat kita umatNya tidak mensyukuri nikmat yang telah diberikanNya...
Memang harta kekayaan merupakan kebahagiaan yang berwujud.. namun ada kebahagiaan yang tak ternilai harganya, yaitu saat kita sudah melakukan segala sesuatunya dengan baik.. dan apa yang kita lakukan dapat membuat orang lain bahagia.. terlebih apa yang kita lakukan dapat membuat Tuhan tertawa bahagia dan upah kita sungguh lah besar di Surga...
Walaupun mudah untuk ditulis.. mudah untuk disharingkan, namun cukup sulit untuk dilakukan.. Oleh karenanya, sahabat-sahabatku terkasih, bila kita masih sering mengeluh, masih sering merasa tidak cukup bahagia, yukss.. kita belajar untuk mempunyai hati yang lapang untuk menerima segala sesuatu yang telah diberikan Tuhan untuk kita dan tetaplah BERSYUKUR.... maka kita akan BAHAGIA..

Salam sukses luar biasa untuk kita semua !
GBU

Sabtu, 11 Juli 2009

Menabur Kebaikan, Menuai Kebaikan..

Satu hal yang aku yakini bahwa siapa yang menabur benih kebaikan, maka ia akan menuai buah kebaikan.. Jadi, marilah kita berbuat baik selalu, dimanapun, kapanpun dan kepada siapapun...
Sungguh menyedihkan, mengenaskan dan memprihatinkan, setiap kita melihat siaran televisi dan radio yang memberitakan berbagai bencana atau musibah yang terjadi di sekitar kita. Anak-anak yang seharusnya bersekolah dengan tenang, harus kehilangan baju dan buku-buku sekolah, karena hanyut terbawa arus banjir yang melanda daerahnya. Sekelompok keluarga yang semula hidup begitu nyaman, tak pernah menyangka mereka akan menjadi penghuni tempat-tempat pengungsian, ketika sebuah tanggul jebol dan memporak-porandakan seisi rumah mereka. Banjir besar, gempa bumi dahsyat, tanah longsor, dan semua bencana yang terjadi, selain merusak prasarana dan sarana kehidupan, melumpuhkan aktifitas perekonomian, juga menelan banyak korban jiwa manusia dengan tak pandang bulu, anak-anak, orang muda, kakek nenek, bahkan bayi tak berdosa pun kerap lenyap, tanpa seorang pun dapat mengelaknya. Hanya dapat pasrah kepadaNya dan berusaha menghadapinya dengan lapang dada.

Memang hidup penuh perjuangan! Demi mempertahankan hidupnya, manusia bekerja membanting tulang siang dan malam. Kadang berjuang melawan penyakit yang dideritanya (walaupun tak diinginkan). Dan ketika bencana datang menerpanya, mereka juga harus berjuang untuk tetap hidup dan menata kembali kehidupannya dari puing-puing traumatis, kehancuran dan kehampaan. Namun di balik kesedihan, gerutu bahkan protes kita kepada Tuhan kala bencana menimpa kita, tidak ingatkah kita bahwa Tuhan tak akan pernah memberikan cobaan kepada kita, yang melebihi kemampuan kita untuk menghadapinya? Sungguh suatu janji manis yang akan menenangkan setiap kita bahkan di dalam keadaan sangat sulit sekalipun.

Namun, janji itu juga tak serta merta diberikan Tuhan langsung kepada setiap umatNya. Dia akan memakai setiap kita yang (puji Tuhan) masih dapat makan bersama keluarga di meja makan, masih dapat bersekolah dengan tenang, masih mempunyai pekerjaan dan penghasilan, masih dapat tertawa riang dan bernyanyi dengan sukacita. Kita akan dipakaiNya untuk menolong setiap mereka yang tidak (atau tidak lagi) merasakan seperti apa yang kita rasakan. Lalu..., apakah kita mau menjadi alatNya, dan siap mengulurkan tangan kita 'tuk membantu sesama yang membutuhkan..?

Bagaikan roda yang berputar, terkadang berada di atas dan terkadang di bawah. Begitu pula kita, manusia biasa yang tak akan pernah tahu apa yang akan terjadi pada kehidupan kita di masa yang akan datang. Oleh karenanya kita tak pantas bersombong diri dan mementingkan kepentingan diri sendiri. Saling tolong menolong mungkin sikap yang paling pantas untuk kita lakukan selama kita hidup di dunia ini. Namun semuanya kembali pada diri kita masing-masing, apakah kita dengan iklhas dan tulus hati ingin menolong sesama atau tidak, dan tak ada seorang pun yang dapat dan berhak memaksakan kita untuk melakukannya.

Aku sungguh beruntung berada diantara teman-teman yang sangat peduli terhadap penderitaan orang-orang di sekitar kami. Secara berkala, kami merencanakan dan melakukan kegiatan sosial, sehingga secara tak langsung kami selalu diingatkan untuk setiap saat peduli dan berbagi kepada sesama. Bukan seberapa besar dana yang kami sumbangkan atau seberapa banyak waktu yang kami curahkan untuk melakukan aktifitas sosial, sebagai ukuran kepedulian kami terhadap sesama, namun yang terpenting adalah niat baik dan ketulusan hati setiap kami untuk melakukannya.

Dewasa ini, sikap peduli kepada sesama bukan hanya menjadi tanggung jawab pribadi, tapi juga bagi perusahaan, melalui berbagai aksi sosial yang dilakukan oleh perusahaan kepada masyarakat, yang kita kenal sebagai kegiatan CSR (Corporate Social Responsibilty).

Sebegitu pentingkah kita menolong sesama atau sebegitu pentingkah sebuah perusahaan melakukan kegiatan CSR? Apa yang melatarbelakangi seseorang, sekelompok orang dalam suatu komunitas masyarakat atau perusahaan, menolong dan membantu sesamanya? Karena panggilan hati, niat baik, sekedar memenuhi ajakan teman, atau mungkin sekaligus untuk mencari perhatian orang atau pihak lain ?

Bagiku, apapun alasannya, yang penting adalah ketulusan hati dari setiap orang yang melakukannya. Ketika kita atas nama perorangan, kelompok tertentu atau perusahaan, bersama-sama ke lokasi para korban banjir, membantu mereka membersihkan rumah dan lingkungan sekitar, menghibur anak-anak yang trauma akibat bencana yang baru saja dialaminya, atau ketika kita saling bahu membahu membangun sekolah yang rusak akibat gempa bumi. Dan apabila setiap dari kita melakukannya dengan begitu semangat, sukarela dan tulus hati, bahkan lelah dan peluh pun menjadi keriangan kami. Jadi, apakah masih perlu dipertanyakan, alasan apa yang melatarbelakangi mereka menolong sesamanya ?

Satu hal yang aku yakini bahwa siapa yang menabur benih kebaikan, maka ia akan menuai buah kebaikan.. Jadi, marilah kita berbuat baik selalu, dimanapun, kapanpun dan kepada siapapun...

Sebuah keyakinan sederhana ini akan membawa setiap kita yang berbuat baik akan menerima kebaikan. Dan apabila satu orang di dunia ini berbuat baik kepada satu orang lainnya, dan satu orang yang menerima kebaikan berbuat baik lagi kepada satu orang lainnya, dan begitu seterusnya, maka maka aku yakin, dunia ini menjadi baik adanya, di masa sekarang sampai masa yang akan datang ...

Sabtu, 04 Juli 2009

Dua kata : "Terima Kasih ..."

Sebuah ucapan sederhana yang mampu mengubah kehidupan…
– seringkah kita menerima ucapan ”terima kasih” atau sudahkah kita mengucapkannya kepada orang lain ?


Aku sering kesal dan terkadang tak habis pikir kepada seseorang (yang mempunyai hubungan yang cukup dekat denganku). Aku seringkali membantunya dalam berbagai hal, baik ketika dia sedang ditimpa musibah atau aku yang memang sedang berbaik hati memberikan atau membelikan sesuatu untuknya. Namun jarang sekali aku mendengar kata “terima kasih” keluar dari bibirnya. Aku bukan seorang yang “gila pujian”, namun sekedar sebuah ucapan singkat itu rasanya bukan suatu hal sulit untuk dilakukan. Apa dia berpikir karena kedekatan hubungan kita membuat aku sudah “seharusnya” dan “sewajarnya” membantu dan menolongnya, sehingga tak perlu lagi sebuah ucapan itu dilakukannya.

Ternyata tak hanya kepadaku dia sulit mengucapkan kata “terima kasih”. Seringkali aku mendapatkannya juga ketika dia akan keluar parkir, di sebuah loket karcis parkir (kebetulan parkir gratis), begitu karcis diberikannya ke petugas dan palang parkir terbuka, dia dengan begitu saja melaju dengan mobilnya tanpa mengucapkan sepatah apapun. Memang terlihat hal ini simple, namun bukankah pada saat kita akan keluar parkir, walaupun gratis, namun kita juga telah dilayani oleh petugas itu, dan sekali lagi apalah susahnya mengucapkan kata “terima kasih” kepadanya atas pelayanannya?

Lama-lama aku gerah juga dengan kondisi seperti ini. Dan aku tak ingin, hanya karena sebuah ucapan sesederhana itu yang sangat jarang dia ucapkan, membuat aku menjadi hitung-hitungan dalam memberikan bantuan atau kebaikan kepadanya. Maka kucoba berbicara kepadanya dan memintanya untuk mulai belajar mengucapkan ”terima kasih” kepada siapapun yang telah memberikan bantuan sekecil apapun kepadanya.

Awalnya sangat sulit sepertinya, membuat dia melakukan hal itu. Aku harus berulang kali mengingatkannya untuk mengucapkan kata ”terima kasih” itu, bahkan kepadaku (padahal dipikir-pikir lucu juga aku meminta orang lain untuk mengucapkan terima kasih kepada diriku sendiri). Dan aku selalu memberikan contoh kepadanya dengan tak pernah lupa mengucapkan ”terima kasih” kepadanya, untuk setiap hal kecil apapun yang dia lakukan untukku.. Walaupun hanya sekedar untuk mengambilkan sendok atau tas, selalu kuucapkan dua kata itu kepadanya.

Usahaku kini sepertinya membuahkan hasil, kini dia mulai terbiasa mengucapkan kata ”terima kasih” kepadaku, kepada petugas loket parkir, dan kepada setiap orang yang telah melakukan sesuatu untuknya. Dan aku pun melakukan segala sesuatu untuknya dengan sukarela, karena dia telah menunjukkan kepadaku bahwa dia menghargai setiap apa yang kulakukan untuknya dengan sebuah ucapan ”terima kasih”.

Apakah kita merasa bahwa dua buah kata sederhana ”terima kasih” ini menjadi sangat berarti..? – aku sering menerima ucapan ”terima kasih” dari atasanku sesaat ketika aku pamit pulang kepadanya (setelah seharian aku bekerja di kantor). ”Terima kasih ya Yen...”, sebuah kalimat pendek yang dalam kondisi tertentu (mungkin ketika aku sedang merasa sangat lelah) mampu menggetarkan hatiku saat mendengar kata itu. Sebuah ucapan yang berarti dia (atasanku) merasa telah dibantu olehku dalam hal pekerjaan.

Jadi, pentingkah sebuah ucapan ”terima kasih” ? Percayakah kita bahwa dua kata sederhana itu, dapat membuat orang yang menerimanya, merasa menjadi orang yang berarti dan berguna dalam hidupnya? Membuat dua orang yang sedang bermusuhan bisa menjadi akrab kembali? Atau... justru dua kata sederhana itu, tetaplah menjadi sesuatu yang sederhana dan tak berarti apa-apa..?

Semua itu terserah Anda...

TERIMA KASIH untuk semua sahabatku yang telah membaca tulisan ini...
Semoga bermanfaat...

Senin, 27 April 2009

Jack.. oh.. Jack !

“Kalau tidak mengganggu aktifitas kerja, saya bersedia bu.. “ itulah sms balasan Jack kepadaku, sesaat setelah aku menanyakan kepadanya, apakah dia bersedia untuk berbagi cerita tentang dirinya kepadaku…”

Entah mengapa, aku ingin sekali mengisahkan tentang Jack, begitulah panggilan akrabnya, yang lebih dikenal dibandingkan nama aslinya “Zakaria”. Jack, seorang Cleaning Service yang kini menjadi Team Leader Cleaning Service dan Office Boy di Gedung OCBC NISP Tower, kantor dimana aku bekerja. Mungkin karena keramahan dan kesigapannya, sikap yang paling menonjol dari dirinya, yang membuat aku bahkan siapapun akan cepat mengenalnya.

Setiap sore, setelah jam pulang kantor, seperti biasanya tugas seorang Office Boy adalah mengangkut sampah dari tong-tong sampah yang berada di setiap meja kerja karyawan, untuk dimasukkan ke kantong sampah besar. Dan setiap sore di saat itu pula, aku merasa heran, karena sering tercium wangi harum di sekelilingku. Aku menyangka, pasti ada seseorang yang baru saja menyemprot minyak wangi dan lewat di sampingku, sehingga harum itu tercium olehku. Selidik punya selidik, aku baru mengetahui bahwa wangi harum itu berasal dari seorang Office Boy, yang sedang mengangkut sampah dari tong-tong sampah, dan dia adalah… Jack!

Sejak saat itu, Jack menjadi bahan pembicaraan aku dan teman-teman kantor. Berawal dari topik ”wangi harum” itu, secara tidak sengaja, kami pun mulai memperhatikan Jack lebih dari biasanya. Tak terlalu sulit bagi kami untuk meminta bantuan Jack baik untuk mengantar atau mengambil dokumen ke unit kerja lain atau tugas khusus lainnya, karena Jack cepat tanggap dan sigap dalam melakukan setiap pekerjaan yang diberikan kepadanya (supportive). Oleh karena kesigapannya dalam bekerja, membuat Jack selalu mempunyai waktu yang cukup untuk tugas-tugas mendadak sekalipun (connected). Sapaan hormat dan ramahnya, dengan menyebutkan nama kami, ”Selamat pagi Bu Yeny..”, ”Belum pulang Pak Andre ..”, ditambah senyum yang selalu menyertai wajah lugunya, seakan dia mengenal akrab kami satu per satu (Genuine). Ternyata, dia selalu berusaha melihat nama pada name tag setiap orang yang ditemuinya dan dia menghafalnya. Walaupun Jack hanyalah seorang Team Leader Cleaning Service dan Office Boy, namun semangatnya untuk belajar baik mengenai pengetahuan umum maupun hal-hal baru tetap tinggi. Dia yakin, bahwa salah satu kunci sukses yang dapat membuatnya menjadi besar adalah dengan terus menerus belajar (Forward Looking). ”Jadi.. sembari saya mengantar koran untuk para bos (tugasnya sebagai seorang Office Boy), saya baca dulu korannya walaupun hanya sekilas saja. Masa.. saya yang mengantar koran, saya tidak baca, rugi dong.. !” ujarnya sambil bergurau kepadaku.

Selain sebagai seorang Team Leader Cleaning Service dan Office Boy, Jack yang kini berusia 21 tahun, juga merupakan seorang kakak dan panutan bagi ketiga adiknya yang masih bersekolah. Jack mulai menapakkan kaki di dunia kerja pada bulan Juli 2006, setelah satu tahun dia menuntaskan bangku SMA. Jack yang bercita-cita menjadi seorang ABRI, tidak pernah berpikir bahwa dirinya akan menjadi seorang Cleaning Service. Namun dia tak putus asa dan menjalani pekerjaannya dengan senang hati dan penuh rasa syukur. Oleh karena keuletan, kegigihan dan semangatnya yang tinggi, Jack mulai menuai hasil. Dari tugas seorang Cleaning Service, dalam waktu 2 bulan dia telah diberi tugas menjadi Office Boy, dan dalam waktu +/- 2,5 tahun kemudian, dia diangkat menjadi Team Leader, dan dipercaya membawahi +/- 20 Cleaning Service dan Office Boy di kantor tempat aku bekerja saat ini.

Jadi teringat, saat kami merayakan hari ulang tahunnya pada tanggal 28 Agustus 2007 yang lalu. Kami yang bermaksud membuat kejutan, telah menyiapkan hadiah untuknya dari jauh hari, yaitu kaos bertuliskan nama ”Jack” dan beberapa kue sebagai ucapan selamat ulang tahun. Sejak pagi, Jack sudah terlihat di ujung ruangan, sedang mengelap meja-meja di dekat jendela. Kami yang sudah berkumpul sedari pagi juga, kemudian memanggilnya untuk datang ke tempat kami berkumpul. Rencana kami untuk memberikan kejutan kepadanya pagi itu nyaris gagal, karena Jack tidak mau meninggalkan pekerjaannya. Namun akhirnya kami jadi juga merayakan ulang tahunnya secara sederhana namun penuh kesan baginya.

Sempat bertanya dalam hati, mengapa Jack tidak mau datang ketika kami memanggilnya saat itu, apakah karena dia takut dikerjai oleh kami karena dia tahu bahwa dia berulang tahun hari itu, atau karena memang dedikasinya yang tinggi terhadap pekerjaan, sehingga dia enggan memenuhi panggilan kami. Tapi kini pertanyaan itu terjawab sudah, dengan diangkatnya Jack menjadi seorang Team Leader, cukup membuktikan bahwa kinerjanya memang baik. Dan satu lagi yang membuat aku menjadi sangat yakin, ketika dia berkata : “Kalau tidak mengganggu aktifitas kerja, saya bersedia bu..“ itulah sms balasan dari Jack kepadaku, sesaat setelah aku menanyakan kepadanya apakah dia bersedia untuk berbagi cerita tentang dirinya kepadaku, untuk kujadikan topik tulisanku ini. Saat kubaca sms itu, seketika itu pula, bibirku kelu seakan tak dapat berkata apa-apa, aku terharu melihat dedikasi Jack yang hanya seorang Team Leader Cleaning Service dan Office Boy, yang belum tentu dimiliki oleh setiap orang.

Secara individu, Jack sangat menjunjung tinggi nilai-nilai yang ditanamkan sang ayah kepada anak-anaknya, yaitu : Jujur, Disiplin dan Belajar. Nilai-nilai itu senantiasa menyertainya dalam kehidupan bersosialisasi dan pekerjaannya. Nilai-nilai itu yang membuat Jack berperilaku genuine, connected, supportive dan forward looking. Dan perilaku-perilaku itulah yang telah mengubah Jack, dari seorang Cleaning Service menjadi Office Boy hingga kini menjadi seorang Team Leader, dan dia optimis akan memperoleh kehidupan yang lebih baik lagi di masa mendatang.

Kisah Jack ini sungguh telah menginspirasikan aku dan membuat aku menjadi lebih memahami makna sebuah perubahan. Bahwa sebuah perubahan dapat terjadi oleh karena diri kita sendiri, yaitu dari pikiran kita, cara pandang kita dan perilaku kita. Sehingga, perubahan yang terjadi, apakah menjadi lebih baik atau bahkan lebih buruk, kitalah yang menentukan.

Kalau seorang Jack saja mampu merubah hidupnya menjadi lebih baik, tanpa paksaan dan tekanan dari siapapun, maka tak peduli siapa atau bagaimanapun kita, kita pasti bisa !

Minggu, 26 April 2009

Dear Riry ...


Kau sahabatku
Dan aku sobatmu
Kau kenangan masa lalu
Juga untuk masa yang akan datang

Kau selalu di sisiku
Aku merasa nyaman
Kala gelisah dan gundah hatiku
Kala gembira dan bahagia kurasakan
Kutumpahkan semua rasa itu disini
Di buku harianku, Riry…

Tahun 1989
Aku takut nih Ry, ada apa denganku..? Kata mamaku, aku mendapat haid pertamaku hari ini. Tidak enak deh Ry, risih rasanya. Tapi kata mamaku itu artinya aku sudah beranjak dewasa dan setiap perempuan pasti akan mengalami hal ini. Tapi benar kata mamaku, ternyata aku bukan yang pertama mengalami hal ini diantara teman-temanku. Duuhh… lega deh rasanya.. Tapi.. apa iya aku mulai dewasa sekarang..?

Tahun 1990
Aku lulus Ry… Hore.. ! Aku didaftarkan mamaku masuk SMP BPK Penabur, sekolah yang lumayan terkenal sih Ry, tapi gedungnya tidak terlalu bagus dibandingkan dengan gedung di cabang lainnya. Tapi tidak apalah, yang penting aku sudah bisa masuk sekolah yang cukup bergengsi.. Makasih ya ma...

Tahun 1991
Ya ampun.. bedak padat itu ternyata mahal ya, lebih mahal dibanding bedak Marcks, yang biasa kupakai. Lipgloss juga mahal.. belum lagi obat jerawat. Tadi siang aku beli obat jerawat ”Clearasil” itu ya Ry, sudah hampir menghabiskan uang jajanku dua hari. Ughh, jadi perempuan ternyata perlu banyak modal ya. Tapi kalau aku perhatikan, sekarang aku berubah koq.. terlihat lebih dewasa dan modis.. ciee.. memuji diri sendiri.. menurut kamu bagaimana Ry.. ?

Tahun 1992
Riry…, kasih selamat ke aku dong.. Aku lulus Ry.. senangnya... NEM-ku juga cukup bagus. Oya, tadi siang sehabis ambil ijasah, aku dan ”J” janjian pergi ke tempat kursus Bahasa Inggris “Santa Lusia”. Aku seneng tapi jantung berdebar-debar lho, ketika duduk bersebelahan di mikrolet dengannya.. Rencananya mau daftar les bahasa inggris, tapi mahal Ry.. jadi kita mau pikir-pikir dulu deh..

Tahun 1995
Hiks.. kenapa sih Ry, aku harus pisah dengan teman-temanku. Mama papa tidak sanggup membiayai sekolah SMA-ku di BPK Penabur, karena biayanya mahal sekali. Aku didaftarkan di SMEA dekat rumahku. Kata orang-orang sih cukup bagus. Ugh.. apanya yang bagus.. pasti teman-temannya tidak asyik deh.. Tapi..ya sudahlah, aku terima saja.. mau bagaimana lagi..?

Tahun 1996
Ternyata pillihan mamaku benar Ry… walaupun aku dimasukkan ke sekolah yang tidak terlalu terkenal, tapi... aku jadi terkenal lho. Aku selalu dapat ranking 3 besar, dan juga menyandang Ketua OSIS. Kapan lagi dapat pengalaman seperti ini..? Yah.. walaupun 3 besar diantara siswa yang jumlahnya tidak terlalu banyak, tapi aku bangga dengan diriku, dan keluargaku juga pasti bangga.

Tahun 1998
Tidak terasa ya Ry.. waktu begitu cepat berlalu.. Sekarang aku harus memikirkan akan melanjutkan sekolah kemana.. Aku kasihan dengan mama papaku, mereka pasti pusing dengan biayanya. Belum lagi biaya untuk kuliah kakakku yang masih setengah jalan. Tapi, masa aku tidak kuliah sih Ry, malu dong.. dan juga bagaimana mau dapat kerja ? Jaman sekarang kan, syarat utama diterima kerja harus ada ijasah. Yah.. sedihnya aku....

Bersyukur sekali aku Ry.. Akhirnya mamaku tidak harus mengeluarkan biaya kuliah untukku. Aku diterima di salah satu bank yang mengadakan program pendidikan setara dengan S-1. Tidak dapat gelar tidak apalah, yang penting dapat ilmu gratis dan bisa langsung kerja nantinya.

Tahun 1999
Ugh..pusing nih, ujian terus setiap hari. Padahal sudah sengaja bela-belain kost, biar waktu belajar lebih panjang, tapi tetap saja waktu terasa tak cukup. Belum lagi dosen “killer” itu sangat tidak suka kalau nilai ujian siswa-siswi nya jelek. Tapi untunglah, banyak teman yang rela berbagi kepintaran, jadi kami sering belajar kelompok di kelas. Yah, mau tidak mau harus dijalani, sudah untung dapat sekolah gratis..

Tahun 2000
Fiuuhh… leganya… akhirnya aku terbebas dari ujian-ujian yang melelahkan.. Aku lulus! Sekarang aku siap kerja..! Tapi.., kerja itu bagaimana sih Ry.. aku jadi takut. Kata orang, dunia kerja itu kejam.. Apa aku bisa ya Ry… bagaimana kalau dapat bos yang galak..? hiyy… serem membayangkannya.

Februari 2000
Hari pertamaku kerja, canggung deh.. bingung harus berbuat apa, merasa serba salah. Tapi untungnya, aku ditempatkan berdua dengan temanku di bagian yang sama. Ternyata benar kata orang, dunia kerja itu kejam... Pagi ini aku kena marah oleh salah satu bos, hanya gara-gara aku pinjam mesin fotokopi milik bagiannya, tapi aku tidak membawa kertas sendiri, dia mengingatkanku dengan nada ketus sekali, hiks… aku jadi takut Ry..

April 2002
Ry, aku tak pernah menyangka kalau Tuhan mengambil papa secepat ini dan dengan cara seperti ini. Papaku ditrabrak sebuah motor yang ngebut saat papa sedang menyebrang jalan. Saat itu, papaku baru saja selesai membelikan obat untuk mamaku di apotik. Hiks... Aku benci penabrak itu.. aku benci..!! Aku tak dapat membayangkan apa yang akan terjadi nanti, keluargaku kini tinggal bertiga saja. Hanya ada aku, kakak dan mamaku. Aku tak kuat menahan air mata ini Ry, kala teringat papa yang sering menyiapkan sarapanku sebelum berangkat kerja. Padahal aku sudah sering melarangnya, tapi dia selalu melakukannya untukku. Papa juga selalu membangunkan aku dan kakakku setiap pagi, ketika alarm sudah tak mempan lagi membangunkan kami.. hiks.. tak hentinya air mata ini mengalir membasahi wajahku.. Apakah kau rasakan juga kesedihanku Ry..?

Januari 2003
Apa aku sudah siap untuk menikah ya Ry.. Tapi..., mengapa aku harus ragu, apa belum cukup aku mengenalnya selama 8 tahun ? Apa rasanya punya suami.. punya mertua.. ? Kata orang-orang, punya mertua harus hati-hati, jaga sikap.. ugh.. serepot itukah ?

Maret 2003
Sebenarnya... aku sudah lelah belajar terus Ry, tapi aku kan belum dapat gelar sarjana secara resmi. Mumpung ada kesempatan melanjutkan kuliah dengan waktu singkat dan biaya tidak terlalu mahal, sepertinya aku harus ambil Ry, demi masa depanku juga kelak..

Oktober 2003
Akhirnya aku menikah Ry.. Aku harus siap lahir batin untuk menghadapi kehidupan pernikahanku ini.. Karena tak ada lagi kata kembali, setelah aku mengambil keputusan ini. Aku serahkan seluruh kehidupanku kepada Tuhan.

Desember 2004
Tak terasa waktu berlalu, akhirnya aku merasakan juga pakai Toga. Walaupun aku kuliah bukan di universitas bergengsi seperti teman-temanku yang lain, tapi mama, kakak, suamiku, bahkan papaku di Surga pasti bangga dengan kelulusanku ini.

Desember 2006
Aduh Ry, bagaimana ya… apa aku ambil kesempatan pindah kerja itu? Sebenarnya aku ragu, karena aku harus menyesuaikan diri lagi, padahal aku sudah nyaman di kantor lama. Tapi.. kesempatan ini mungkin tak datang dua kali. Kesempatan untuk mengembangkan karir, membagikan ilmu dan pengalaman yang aku miliki di tempat baru. Rasanya aku ambil saja deh Ry.. doakan aku ya.. semoga aku dapat melewatinya dengan baik.

Maret 2006
Hari pertamaku di kantor baru.. Ugh.. rasanya tidak betah nih Ry.. Beda sekali dengan suasana di kantor lamaku. Disini, semua harus kulakukan sendiri, fotokopi sendiri, koordinasi pekerjaan dari A – Z sendiri pula, lembur deh.. Waduh, belum lagi tugas-tugas yang membuat kepalaku pusing tujuh keliling. Rumus excell yang ruwet dan ribet.. uughh.. aku kan belum pernah pakai rumus-rumus itu di pekerjaan lamaku. Tapi untunglah, ada teman yang bisa aku tanya-tanya. Malu juga sih, temanku itu jauh lebih muda usianya dibanding aku. Ah.. apa peduliku, yang penting aku jadi bisa, tambah ilmu pula kan..

Maret 2008
Ry, aku mau pindah bagian nih Ry.. Masa... dari pertama aku masuk kerja, bidang pekerjaan aku itu-itu saja. Bukan bosan sih Ry, tapi aku harus tambah pengalaman dong.. Iya kan..? Emm.., saat ini aku mantapkan diri untuk pindah bagian Ry.. Aku harus mengembangkan diri dan potensiku dengan lebih baik lagi. Tetap dukung aku ya Ry...

Melalui beberapa penggalan kisah hidupku ini, aku ingin menunjukkan, bahwa setiap manusia pasti mengalami perubahan sepanjang hidupnya, baik perubahan secara alamiah maupun karena kondisi di sekitar kita, yang membuat kita harus berubah. Memang ada saatnya kita merasa ragu untuk berubah, dan pilihan itu ada pada diri kita. Sayangnya, apabila kita memilih untuk tidak berubah, mungkin kita akan tertinggal jauh di belakang. Yang terpenting adalah perubahan itu haruslah mencapai sesuatu yang lebih baik. Sehingga tidak ada yang akan berkata ”aku tidak suka dengan perubahan” atau ”aku tidak mau berubah”.. melainkan biarkan perubahan menjadi bagian dari perjalanan hidupku”..

Sabtu, 11 April 2009

"Mesin Pembuat Lanjutan Cerita"

Setiap kami makan mie ayam di sebuah tempat makan di pinggir jalan, setiap kali itu pula kami didatangi oleh seorang penjual majalah yang memang mangkal disana. Biasanya aku tak pernah membeli majalah, karena aku takut tak sempat ‘tuk membacanya. Namun malam itu, dari sekian banyak majalah yang ditawari penjual itu, ada Femina, Cosmopolitan, Kartini.. entah mengapa aku malah mengalihkan perhatianku pada sebuah majalah yang rasanya sangat amat kukenal dan akrab dengannya.. sang tokoh yang mengingatkanku pada sebuah kenangan masa kecilku.. yah.. majalah Donal Bebek. Akhirnya kupilih majalah itu, seri ”Nostalgia Donal Bebek”, emm.. sungguh membuatku bernostalgia dengan masa kanak-kanakku..

Dengan perasaan tak sabar dan kangen rasanya, langsung saja kusobek plastik pembungkusnya dan kubaca bagian pertama yang berjudul : ”Mesin Pembuat Lanjutan Cerita”.
Emm.. aku sungguh tak salah pilih majalah nih.. walaupun hanya sebuah majalah anak-anak, tapi nyatanya ada beberapa pelajaran yang dapat aku ambil...

Donal Bebek dengan moncongnya yang panjang dan besar berteriak kesal, karena buku yang sedang asyik dibacanya sudah habis, yang artinya dia harus menderita selama tiga bulan untuk menunggu sampai seri berikutnya terbit.

Singkat cerita, dia bertemu dengan Lang Ling Lung – sang penemu apa saja, dan terciptalah sebuah mesin bernama ”Mesin Pembuat Lanjutan Cerita”. Sesuai dengan namanya, tentu saja mesin tersebut mampu membuat kelanjutan cerita apapun, dengan cara kita memasukkan buku atau majalah sebelumnya. Mesin ini bekerja seperti layaknya mesin pembaca masa depan. Senangnya Donal Bebek menerima mesin itu, karena dia tak hanya dapat membaca kelanjutan cerita buku yang sedang dibacanya, namun juga koran, buku dan majalah apapun yang dia inginkan.

Yah.. seperti kebiasaan Donal Bebek, sok pintar dan ceroboh.. berdasarkan beberapa analisa di koran yang dibacanya, dia langsung membeli beberapa saham, yang diyakininya bahwa harga akan mengalami kenaikan di kemudian hari. Namun, Kwik Kwek Kwak keponakan Donal Bebek yang cerdas ini justru melihat setiap kelanjutan cerita untuk waspada dan mencegah terjadinya hal-hal buruk yang akan terjadi, seperti pengrusakan sarang-sarang burung akibat proyek jalan raya Gober Bebek, bencana kebakaran di perusahaan susu, dan sebagainya. Donal Bebek yang tadinya tak peduli dengan pemikiran ketiga keponakannya, akhirnya ikut juga membantu, namun tentu dengan diiming-imingi kemungkinan bahwa Paman Donal akan menjadi Superhero dan diberi penghargaan, bujuk rayu Kwik Kwek Kwak kepadanya.

Melalui topik kisah ini, aku dapat mengambil sebuah pembelajaran bahwa dibalik keuntungan yang senantiasa kita pikirkan untuk diri kita, kita harus memikirkan pula kebaikan bagi orang lain. Saling menolong satu sama lain. Terlebih apabila kita sudah tahu bahwa akan terjadi sesuatu yang tidak baik kepada sesama kita. Sehingga hidup kita dapat berjalan seimbang dan harmonis.

Lanjut cerita, setelah Donal Bebek dan ketiga keponakannya menjalankan beberapa aksi penyelamatan bencana dan beberapa kali mendapatkan hadiah karena perbuatannya, mereka senang sekali dan bahkan Donal Bebek dengan bangganya menyebut bahwa "sudah saatnya dia menjadi Superhero.. !"

Namun beberapa saat setelah itu, Donal Bebek yang kembali ingin tahu kelanjutan cerita dari mesin pembuat lanjutan cerita, dia kaget bukan kepalang, karena beberapa saham yang dibelinya beberapa waktu lalu antara lain saham di perusahaan Gober Bebek dan perusahaan margarin, yang dikiranya akan naik, malah turun. Selidik punya selidik, ternyata saat mereka mencegah berbagai bencana yang ada, hal itu turut mempengaruhi turunnya beberapa saham. Akibat pembatalan proyek jalan raya demi menyelamatkan kelestarian burung langka, Gober Bebek rugi milyaran, sehingga saham perusahaannya turun. Dan ketika kebakaran di perusahaan susu berhasil dipadamkan, membuat perusahaan margarin merugi, karena para konsumen lebih memilih membeli susu ketimbang margarin.

Cerita diatas mungkin terlalu didramatisir, yah.. namanya juga cerita khayal, semua kejadian dapat dibuat serba kebetulan, hehe... Namun ada hal penting yang aku dapatkan dibalik cerita ini, yaitu bahwa
betapapun hebatnya dan berjasanya kita laksana Superhero, namun kita tetaplah manusia biasa, yang tak pernah bisa melihat masa depan secara utuh. Superhero yang sesungguhnya adalah Tuhan - Sang Pencipta. Sehingga hanya Dialah sang ”Mesin Pembuat Cerita” dan Dia yang mampu menjadikan setiap cerita berakhir baik adanya.

Inilah kisah yang dapat aku bagikan ke sahabat-sahabatku semua.. emm.. jadi tak sabar membaca seri Nostalgia Donal Bebek berikutnya... (perlu mesin pembuat lanjutan cerita?? ) haha..