Minggu, 08 Agustus 2010

Kenangan tak terlupakan... (di Banjaran) - part 2

3rd Day

July 30, 2010


Ini adalah hari terakhir kami bersama anak-anak di sekolah itu. Selain bantuan untuk infrastruktur sekolah, kami pun memberikan bantuan berupa 19 unit komputer, 4 unit printer dan fasilitas berlangganan internet selama 1 tahun, serta tas sekolah untuk seluruh siswa dan guru-guru. Untungnya ada teman kami dari LD Division - Bandung yang tanpa pamrih membantu berkoordinasi dengan vendor untuk mempersiapkan seluruh bantuan ini (thanks to Jaya…). Secara simbolis,Mr. Lim Kiang Thong dan Ms. Sandy Liu memperkenalkan internet, sebagai contoh mereka memperlihatkan website OCBC Bank, OCBC NISP Bank dan website team

OCBC yang berisi kegiatan sosial di Banjaran kepada beberapa anak dan guru di sekolah itu.

Setelah simbolisasi pemberian bantuan komputer, kami pun membagikan tas sekolah. Mereka sangat senang sekali.... Sempat mendengar seorang anak berkata ”wah..tas nya bagus banget, berguna untuk bawa buku pelajaran yang berat nih..”.

Sebelum mengakhiri acara kami, Mr. Lim Khiang Tong menyampaikan pesan-pesan (dengan berbahasa inggris – namun diterjemahkan oleh Ibu Lanny) kepada seluruh siswa di SMP Dua Mei, semoga bantuan yang diberikan dapat senantiasa mendukung proses belajar mengajar. Beliau juga berpesan agar seluruh siswa terus semangat menuntut ilmu. Dan Ibu Imas selaku Kepala SMP Dua Mei juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas nama seluruh siswa dan guru-guru SMP Dua Mei untuk bantuan yang diberikan selama ini. “thank you very much”, ucapnya berbahasa inggris pula namun dengan logat Sunda :)


Tanpa terasa waktu pulalah yang mengakhiri kebersamaan kami di SMP Dua Mei – Banjaran. Bahagia, sedih dan haru bercampur menjadi satu menjelang hari perpisahan kami hari itu. Sungguh suatu kenangan yang tak terlupakan bagiku... bisa melihat anak-anak tertawa bahagia... Beberapa siswi ada pula yang meninggalkan pesan dan kenang-kenangan untuk kami. Sungguh mengharukan...!


Ini salah satu kenang-kenangan dari seorang anak perempuan nan manis ”Evi” untukku... Dia sangat senang dengan kedatangan kami ke sekolahnya untuk yang kesekian kali. Kebetulan dia sempat membantu pekerjaan kami, pada saat tugas mengoper ember berisi pasir di hari kedua, sehingga waktu yang ada kami pergunakan untuk mengobrol banyak tentang beberapa hal. Termasuk hobi dan kemampuannya dalam menyulam dan membuat boneka seperti gambar disamping ini.

Terima kasih Evi.. kamu baik sekali....moga kelak kamu menjadi orang yang sukses yah (karena tahun depan dia sudah masuk SMA – tumbuh menjadi dewasa)



Inilah beberapa potret kebersamaan kami bersama anak-anak dan guru-guru di SMP Dua Mei...





Dan satu hal lagi yang menjadi salah satu kenangan terindahku adalah bisa mengenal teman-teman dari OCBC Singapore dan Malaysia serta bekerja bersama secara langsung dengan team Operation & IT OCBC NISP (yang biasanya hanya berkoordinasi via email atau telepon saja). Walaupun bahasa seakan menjadi jarak bagi aku dan teman-teman (khususnya team Singapore) untuk berkomunikasi, namun kebersamaan kami yang begitu hangat selama 3 hari, telah membuat hidupku menjadi lebih berwarna... (kayak pelangi gitu deh.. :) ).



Sampai jumpa lagi adik-adikku di SMP Dua Mei – Banjaran… rajin belajar yaah..

Sampai jumpa lagi teman-temanku OCBC Singapore & Malaysia… smoga bertemu di aktivitas atau moment berikutnya yah…

I miss u all.... and C U next year ... ! :)

Sabtu, 07 Agustus 2010

Kenangan tak terlupakan ... (di Banjaran) - part 1

Inilah pengalaman pertamaku melakukan kegiatan sosial bersama para relawan yaitu rekan-rekan dari OCBC Singapore dan Malaysia. Walaupun kegiatan semacam ini tidak asing bagiku (karena kebetulan aku juga mempunyai komunitas sosial bersama teman-teman “Cherish Club”), namun bertemu dan beraktivitas sosial bersama mereka, apalagi dengan melakukan pekerjaan berat/ fisik untuk membangun ruang kelas sekolah, ini sungguh pengalaman pertama bagiku.

Aku sangat antusias menanggapi kesempatan yang sungguh luar biasa ini !!


Banyak sekali pengalamanku bersama teman-teman, suka-duka, cerita yang bisa aku bagikan untuk teman-teman semua, melalui tulisan ini…


1st Day

July 28, 2010

Seusai breakfast di hotel, kami (aku, mba Zia - rekan kerjaku, Ibu Lanny - atasanku dan beberapa rekan kerja lainnya) bergegas menuju tempat pertemuan kami dengan rekan-rekan dari OCBC Bank Singapore dan Malaysia di hotel lain (kebetulan kami pisah hotel). Sesampainya kami disana, mereka sudah berkumpul di lobby. Walau wajah dan bahasa mereka terasa asing bagiku, namun aku senang sekali bisa berkenalan dengan mereka. Mereka sekitar 35 orang, yang kelak akan menjadi teman baruku mulai dari hari ini … :)


Setelah perkenalan singkat, kami para relawan dari Group Operational & Technology’s (O&T) OCBC Bank Singapore dan OCBC Bank Malaysia. Tidak ketinggalan pula tim IT, Trade & Channel Operation dan Corporate Communication Division Bank OCBC NISP, total berjumlah 51 orang, segera meluncur menuju SMP Dua Mei, Banjaran. Sekolah yang tahun lalu telah kami bantu pembangunan 2 ruang kelasnya, kini kami kembali akan membangun tambahan 2 ruang kelas lagi untuk para siswa di sekolah tersebut.


Kurang lebih 2 jam perjalanan kami dari Bandung menuju Banjaran. Setibanya kami disana, adik-adik kami di SMP Dua Mei sudah bersiap menyambut kedatangan kami dengan tarian dan musik tradisionalnya. Sambutan semacam ini, walaupun sederhana (menari dengan kostum seadanya – seragam sekolah dan tanpa alas kaki), namun sungguh berkesan buat kami.

Setelah tarian selamat datang, dan prosesi mengalungkan bunga ke Mr. Lim Kiang Thong - Executive Vice President IT & Ops OCBC Singapore, Ibu Lanny Goenawi – Corporate Communication Division Head OCBC NISP dan beberapa rekan lainnya, Ibu Imas – Kepala SMP Dua Mei memberikan sedikit kata sambutan. Beliau menyatakan sangat bahagia karena telah banyak dibantu oleh team dari OCBC, khususnya untuk fasilitas infrastruktur sekolah.

Segera setelah mendengar beberapa kata sambutan, kami diarahkan oleh team Habitat for Humanity - sebuah organisasi nirlaba yang mempunyai visi dan misi untuk mengembangkan komunitas yang membutuhkan dengan membangun dan merenovasi rumah/sarana umum sehingga ada masyarakat yang layak di mana orang bisa hidup dan tumbuh bersama. Segera setelah arahan itu, kami langsung melakukan tugas kami. Kerja.. yuks kerja... :) . Kami mengerjakan apa saja yang dapat kami kerjakan. Memindahkan pasir dan batu kali dari depan gang ke dalam halaman sekolah.


Awalnya kami melakukannya sendiri-sendiri. Bolak-balik, dengan beban yang berat di tangan dan panas terik cuaca siang itu. Namun segera kami menyadari bahwa dengan cara seperti ini, pekerjaan kami akan selesai dalam waktu yang lama. Lalu kami pun mengubah caranya menjadi semacam ”estafet”, dimana kami mengoper ember berisi pasir atau batu dari satu tangan ke tangan lainnya, dari luar hingga sampai ke dalam halaman sekolah.



Anak-anak sekolah dan beberapa warga di sekitar sekolah pun tidak berpangku tangan, mereka ikut membantu kami melakukan beberapa pekerjaan. Dan kami heran, justru anak-anak perempuan yang lebih banyak ikut membantu kami... mengapa ya..? ooh.. ternyata kata mereka, karena kakak-kakak cowoknya ganteng-ganteng..ooppss...:). Kami pun membentuk estafet yang ”rapat” dan ”panjang”. Dan.... tentu pekerjaan ini menjadi jauuuuuuh lebih mudah.. yiipppieee.. DENGAN BERSAMA, PASTI KAMI BISA !

Sedikit demi sedikit pasir dan batu-batu kali kami pindahkan, hingga akhirnya selesai. Dan kami pun istirahat sejenak.

Saatnya makan siang... wah..lapaaar... :) Di sela-sela waktu istirahat, kami saling ngobrol mengakrabkan diri, dan beberapa lainnya bermain futsal dengan anak-anak pria (seusai mereka sekolah).


Hingga waktu makan siang usai sudah.. saatnya bekerja lagi.. kerja..kerja!! Tidak ada yang bermalas-malasan, atau menunda-nunda waktu, kami pun langsung beranjak menuju lokasi untuk kembali bekerja. Sekarang saatnya memindahkan gundukan tanah dari satu area ke area lainnya. Dan kembali kami melakukannya dalam waktu yang tidak terlalu lama, karena kami sudah mempunyai kuncinya yaitu ”estafet”


Hal menarik lainnya, selain kebersamaan dalam bekerja, aku sempat mengamati seringkali kita mengucapkan kata ”sorry” bila seseorang secara tidak sengaja menginjak kaki temannya, atau bila operan ember dari seseorang yang kurang tepat diterima temannya sehingga ember hampir jatuh dsb. Kata lainnya, ”it’s too heavy – be careful”, yang selalu diucapkan ketika seseorang mengoper benda yang sangat berat ke temannya, sebagai tanda berhati-hati dan agar temannya bersiap menerima. Dan juga kata ”it’s okay”, ketika kita menyanggupimenerima beban yang cukup berat dari teman.


Ketiga kata ini walaupun terdengar simple, tapi penuh makna. Rasanya dengan 3 kata itu pun cukup menghantarkan kedekatan dan kebersamaan kami lebih jauh. Disinilah sangat nampak rasa saling menghargai dan menolong sesama.


Oleh karena keuletan kami dan bantuan anak-anak sekolah, pekerjaan ka mi di hari pertama pun selesai. Dan acara hari itu ditutup dengan prosesi peletakkan batu pertama diwakili oleh Mr. Lim Kiang Thong, Ibu Lanny Goenawi dan Bp. Muhammad – Wakil Kepala SMU Dua Mei,sebagai simbolisasi demi kelancaran proses pembangunan 2 ruang kelas pada khususnya dan kesejahteraan bagi kita semua.


Selesai prosesi tersebut, kami kembali ke hotel masing-masing untuk bersiap makan malam bersama di kantor cabang utama OCBC NISP - Bandung.

Makan malam kami yang sederhana, menjadi istimewa karena founder dan Presiden Komisaris Bank OCBC NISP – Bp Karmaka Surjaudaja dan Bp. Pramukti Surjaudaja serta Bp. Yogadharma Ratnapalasari – Direktur Bank OCBC NISP turut serta makan malam bersama kami. Wah senangnya.. Dan.., makanan khas Bandung pun habis kami lahap. Doyan atau laper yaah..?? :) . Terima kasih banyak yah untuk teman-teman di Bandung, yang sangat cekatan membantu persiapan makan malam kami dengan menu yang sangat istimewa (temulawak, es sarang burung dan tahu baso-nya, wuuiihhhh mereka suka sekali lho..!! – makanan Bandung memang ”is the best” lah.... :) )

Setelah makan malam usai, usai pulalah pekerjaan kami di hari pertama... (siap-siap obat gosok, obat urut dan balsem yah... agar besok siap kembali bekerja ! :) )


2nd Day

July 29, 2010


Singkat cerita, kami pun sudah tiba kembali di Banjaran pukul 08.00 pagi. Tanpa saling menunggu, kami segera mengambil sarung tangan dan masker, dan kembali bekerja...! Kali ini,pekerjaan kami adalah memindahkan genteng-genteng, batu bata dan pasir dari satu tempat ke tempat lainnya. Walaupun tugas lebih berat, ditambah kondisi cuaca yang lebih panas dari hari kemarin, namun karena anak-anak sekolah dan warga membantu kami, pekerjaan pun menjadi lebih ringan.


Di hari kedua ini, kami dan anak-anak sekolah semakin akrab. Berbincang-bincang di sela-sela pekerjaan kami. Bahkan anak-anak berusaha memahami dan berbicara dalam bahasa inggris, agar mereka (khususnya teman-teman dari OCBC Singapore) mengerti apa yang mereka bicarakan. Dan selama kami beristirahat pun, anak-anak menghibur kami denganmenyanyi lagu cinta “Aishiteru” (yah.. lagu ABG Indonesia jaman sekarang :) ).

Sungguh..., lelah kami menjadi bahagia kami saat itu.... pegal-pegal terasa hilang seketika... Amazing...amazing ! (mengucapkan amazing dengan gaya Tukul :))

Akhirnya selesailah target pekerjaan kami hari ini. Kami kembali ke hotel masing-masing untuk beristirahat, dan siap bertemu kembali di hari ketiga esok hari.

Sabtu, 19 Juni 2010

no title ...

Sudah lama rasanya aku tidak menulis di blog ini... sibuk..? atau tidak ada ide..?
Apa itu sibuk..? sombong rasanya kalau mengatakan diri ini sibuk.. karena masih banyak orang sibuk yang masih bisa melakukan banyak hal di tengah-tengah kesibukannya..

Pikiranku sedang kacau saat ini... jadi tulisan ini mungkin tulisan "ngaco" aja, sekedar melampiaskan kegalauan hati dan kekosongan pikiran...

Akhir-akhir ini aku merasa sepi...
merasa tidak berarti...
merasa tidak ada yang dapat dibanggakan...
entah mengapa...

Melihat teman-teman yang jauh lebih muda dari aku, mereka pintar, pandai berbahasa inggris, sekolah di luar negeri, mendapatkan beasiswa pula... cara berpikir dan gaya menulisnya juga luar biasa...!! Belum ditambah dengan kemampuan mereka ber"komputer", ber"teknologi", whuuaaaa..... tidaaaakkk..!!! stress aku memikirkannya...
Sejenak kuterdiam, sambil duduk memojok, kutengok diriku, siapalah aku... hanya seorang karyawan swasta, yang sudah bertahun-tahun bekerja, yang terus bermimpi jadi orang sukses dan kaya..! berhayal punya mobil mewah dan rumah megah (kayak lagu Oppie Andaresta, andai a..a..a...aku jadi orang kaya..) :)

Walaupun sebagian teman mengatakan aku orang yang pintar (katanya...), dan selalu semangat dalam menjalani segala sesuatu, tapi apa mereka tahu apa yang sebenarnya dalam diriku ini..? Kerapuhanku.., keraguanku..., ketakutanku dalam menghadapi semua ini...

Aahh...memang tidak akan ada yang tahu, selain Tuhan-ku..
Allah yang baik.. ya Dia sungguh baik.
Dia yang tidak pernah menganggap diriku tak berarti..
Dia yang sangat mengerti kebutuhanku..
Dia yang selalu menopangku bila aku jatuh..
Dia yang selalu mengirimkan teman-teman untuk menguatkanku..
Dia yang memampukan aku bila aku tak mampu..
Sehingga tidak ada keraguan aku untuk melangkah...

Bangganya aku menyebut Dia Bapa...

Terima kasih Tuhan Yesus !

Minggu, 09 Mei 2010

Kini kami adalah Sahabatmu..., Sahabat Thalassaemia Indonesia..!

Berawal dari nge-blog, aktivitas iseng yang biasa kulakukan, menulis tentang apa saja yang aku lihat, aku rasakan dan aku pikirkan.. Dan salah satu topik tulisanku yaitu tentang pengalamanku pada suatu kesempatan mengunjungi para penderita Thalassaemia di RSCM – Jakarta. Selang 2 bulan setelah kuposting tulisan itu, ada sebuah komentar yang dipost-kan oleh seseorang, bernama Pipin Ramdani, dengan pesan sebagai berikut : 
Maaf baru ketemu blog-nya..
Trims ya..sudah mau mengekspose tentang Thalassaemia di blog-nya. Semoga ini akan semakin ”mempopulerkan” persoalan ini ke khalayak ramai. Saya sudah ”berkenalan” dengan Thalassaemia sekitar 11 tahun, karena memang anak bungsu saya ”mayor” statusnya (kayak militer saja ya..).
Kami (saya dan anak saya) sepakat untuk menghadapi ”berkah” ini dengan ikhlas, rasional dan asyik-asyik saja...
Karena, yang namanya hidup, tanpa persoalan saja memang sudah susah, apalagi dapat bonus ”Thalassaemia”. Mengeluh, memang bukan hal yang saya suka. Kalau ada persoalan kan lebih baik dicari solusinya..bukan berkeluh kesah..habis energi kita nanti. ”Appreciate” saya untuk Mbak Yeni n Gangs, yang dapat memaksimalkan waktu, tenaga, harta dan kasih sayang untuk orang-orang yang ”terlupakan”. Kalau ada kesempatan (sempatin dong..) berkunjunglah ke tempat kami agar bisa saling bersilahturahmi lebih dekat, sekalian refreshing... alamat kami di :
Pipin Ramdani (Ketua I POPTI Garut)
Kami doakan semoga Mbak Yeni sekeluarga dan teman-teman selalu ada dalam lindungan Yang Maha Kuasa, Amien....

Aku membaca komentar ini tepat sehari setelah aku dan beberapa teman Cherish Club membicarakan tentang rencana baksos kami yang memang saat itu akan kami tujukan ke Thalassaemia. Waktu itu, aku ingin membaca lagi tulisan di blog aku tentang Thalassaemia, untuk memastikan apakah tulisan tersebut masih relevan bila dipakai untuk mengajak rekan-rekan berpartisipasi dalam rencana baksos Cherish Club kali ini. Dan ketika aku mendapati dan membaca komentar itu, aku merasa ada suatu “feeling”.. Entah mengapa, aku merasa seperti “berjodoh”.., atau apalah namanya..

Dan bukan karena ajakan berkunjung dari Bp. Pipin di blog itu yang membuat aku dan teman-teman akhirnya ingin ke Garut, namun karena kami melihat semangat dan sikap beliau dalam menjalani hidup, bersama anaknya yang juga menderita Thalassaemia. Hati kami tergugah, ingin berbagi dengan mereka, para penderita Thalassaemia di Garut, yang konon kabarnya sudah mencapai +/- 146 orang waktu itu.

Untungnya, rencana kami berbagi dengan para penderita Thalassaemia di Garut ini disambut baik oleh seluruh teman-teman yang selalu mendukung Cherish Club, sehingga kami pun sepakat untuk menjalankan baksos ke-7 kami yaitu mengunjungi adik, sahabat dan saudara Thalassaemia kami di kota Garut.

Kontak melalui telepon dan email pun terus menerus kami lakukan dengan Bp. Pipin, untuk memastikan kebutuhan apa yang sekiranya dapat kami bantu untuk para adik dan saudara kami disana. Namun dengan rendah hatinya, Bp. Pipin selalu mengatakan, ”yang penting mau berkunjung ke tempat kami, sudah cukup membuat mereka bahagia”.

Singkat cerita, kami mendapat informasi kebutuhan mereka yaitu beberapa obat dan/ atau alat medis yang memang tidak dicover oleh Pemerintah (melalui Askes/ Jamkesmas), itulah yang akan kami adakan untuk mereka. Dan juga, kebutuhan tempat tidur, tempat untuk para penderita Thalassaemia melakukan transfusi darah. Walaupun untuk ruang nya sendiri, hingga saat ini mereka masih menumpang di Rumah Sakit. Namun mereka berharap secepatnya akan mendapatkan ruang khusus untuk transfusi, karena kebutuhan ini adalah untuk mendukung aktivitas rutin yang mereka lakukan. Note : Setiap harinya, ada sekitar 6-7 orang yang transfusi darah, men”charge” hidup mereka dengan darah baru, yang tidak dapat mereka hasilkan sendiri melalui tubuhnya.

Seperti biasa, teman-teman yang senantiasa mendukung Cherish Club, dengan sigap mengulurkan bantuan baik moril maupun materiil, bersatu padu demi tercapai tujuan kami membantu meringankan sedikit beban adik-adik dan saudara kami di Garut. Kami tak peduli, seberapa besar dana yang dapat terkumpul nanti, namun hati kami senang sekali, melihat semangat dan antusiasme serta rasa peduli teman-teman kami untuk membantu sesamanya.

Sabtu, 17 April 2010

Tiba saatnya kami untuk belanja beberapa kebutuhan baksos, yaitu membeli beberapa obat dan alat medis yang dibutuhkan para penderita Thalassaemia. Mengikuti rekomendasi dari Bp. Pipin bahwa obat dan alat medis itu bisa didapatkan di Pasar Pramuka – Jakarta, maka kami pun akan mencari dan membelinya disana. Jujur, kami (aku dan beberapa teman) baru kali pertama ke Pasar Pramuka, apalagi membeli obat dan alat medis. Namun berbekal referensi nama dan spesifikasi yang cukup jelas dari Bp. Pipin, kami pun berhasil menemukan beberapa obat dan alat medis yang dibutuhkan, antara lain : Desferal, Aquabides, Kompres Bye-bye Fever, obat demam, perban, kapas, plester, dsb. Semua itu adalah obat dan alat medis yang dibutuhkan untuk mendukung proses transfusi darah.
Sedikit mengulas, Desferal dan Aquabides adalah obat untuk menetralkan zat besi di dalam tubuh, karena setiap penderita Thalassaemia yang rutin melakukan transfusi darah, maka zat besi akan menumpuk di dalam tubuhnya, dan itu tidak baik adanya bila dibiarkan. Karena akan menjadikan kulit tubuh kusam atau menghitam. Obat ini memang agak mahal, dan penggunaannya yang disuntik ke dalam tubuh akan terasa sakit (apalagi untuk anak-anak), sehingga selain harganya cukup mahal dan rasa sakit itu, biasanya anak-anak enggan menggunakannya, walaupun sebenarnya hal ini sangat amat membantu tubuh mereka.

Sedangkan kompres dan obat demam diperlukan, apabila sehabis transfusi terkadang efeknya adalah panas suhu tubuh, sehingga perlu diberikan kompres atau obat penurun panas. Kapas dan perban adalah pelengkap (satu paket) untuk mereka saat melakukan transfusi darah.

Beberapa kebutuhan lainnya, kami rencanakan untuk membeli saja di Garut, agar tidak perlu membawa barang banyak dari Jakarta.

Dan khusus untuk tempat tidur, kami pun menyerahkan ke Bp. Pipin untuk mengkoordinir pengadaannya. Rencananya, tempat tidur tersebut akan sengaja dibuat (tidak beli jadi), karena walaupun bukan tempat tidur Rumah Sakit, namun demi keamanan, tempat tidur yang disarankan adalah harus memiliki roda dan penyanggah di kanan kiri ranjang.

Sabtu, 24 April 2010

Setelah sempat kuatir bahwa rencana kunjungan yang sudah kami rencanakan pada tanggal 24 April 2010 nyaris gagal, karena kendala transportasi, namun akhirnya karena berkat dan ridho Tuhan Yang Maha Kuasa, melalui seorang rekan kami yang selalu peduli dan mendukung kegiatan baksos kami, kami diberi pinjaman mobil dan driver. Puji Tuhan, Alhamdulilah, akhirnya kami dapat berangkat ke Garut...!

Hari Sabtu nan indah, pukul 06.00 pagi, aku dan beberapa teman sudah berkumpul di OCBC NISP Tower (tempat yang hingga saat ini masih menjadi basecamp kami ). Kami siap berangkat ke Garut, membawa beberapa barang sumbangan dan tentunya jiwa yang penuh semangat, karena ingin bertemu adik-adik dan saudara kami disana. Di perjalanan, Bp. Pipin selalu mengecek kondisi dan memastikan bahwa kami tidak tersesat..

Sempat kami dibuatnya kaget, ketika Bp. Pipin menyampaikan bahwa setibanya disana kami akan dipertemukan dengan istri Wakil Bupati Garut (Ibu Rani Permata). Hah..?!???!!!...entah harus senang atau takut.. yang pasti saat itu, jantung kami berdebar-debar. Aku sempat menolak tawaran itu, karena kami merasa bukanlah siapa-siapa, sehingga harus dipertemukan secara khusus seperti itu. Namun, akhirnya kami menerima dengan senang hati dan justru harus beryukur bila dapat bertemu dengan Ibu Rani, karena kami bisa berbagi cerita dan pengalaman bersamanya..

Kami tiba di Garut pkl. 10.00 pagi.. Wah.. tidak menyangka secepat itu kami tiba di Garut, karena perkiraan kami perjalanan Jakarta – Garut memerlukan waktu 5 jam. Syukurlah.. jadi kami masih punya banyak waktu untuk mempersiapkan segala sesuatunya. Sesampainya kami di Garut, kami disambut hangat oleh Bp Pipin dan istri. Wah.. rapi sekali Bapak & Ibu Pipin berpakaian, jadi malu..sementara kami mengenakan pakaian seadanya.. Dan selanjutnya kami diantar ke Yogya Dept. Store, karena kami ingin membeli beberapa barang yang tidak sempat dibeli di Jakarta, seperti susu Indomilk, susu cair, handuk, dan beberapa snack lainnya. Memang kami agak mendadak mengadakan semua itu, karena kami baru diberi tahu kalau ternyata Bp. Pipin berhasil mengumpulkan anak-anak penderita Thalassaemia sebanyak +/- 30 orang. Wow.., kami tidak menyangka anak-anak yang mau berkumpul untuk bersama dengan kami akan sebanyak itu, karena sebelumnya kami hanya meminta bertemu untuk sekedar bersilahturahmi sekitar 5 orang saja (perwakilan).

Sungguh luar biasa semua persiapan yang diadakan oleh Bp. Pipin dan seluruh pengurus POPTI. Setelah kami dibuat kaget dengan banyaknya anak dan orang tua yang berkumpul, kami pun dikagetkan lagi dengan aula tempat pertemuan yang telah disiapkan khusus untuk kami.. Jadi malu..sungguh malu.. karena kami tidak pernah disambut seistimewa ini setiap kami melakukan kunjungan.

Dibuka dengan kata sambutan dari Bp. H. Pipin Ramdani (Ketua I POPTI Garut), MM, Eng, da
n beberapa rekan POPTI lainnya, yaitu Bp. Drs. H. Burhanuddin Afif, Msi (Ketua Umum POPTI Garut) serta Bp. Agus Koswara (Ketua Bidang Humas) yang juga volunteer dari PMI, acara pun kami lanjutkan dengan menyerahkan beberapa barang kebutuhan anak-anak Thalassaemia secara simbolis. Dan menjadi sebuah kebiasaan di POPTI, bagi siapa saja yang mengunjungi adik-adik, saudara Thalassaemia di Garut, kami diminta untuk memberikan pesan-kesan melalui tulisan di selembar kain putih berjudul ”Sahabat Thalassaemia”. Sempat bingung mau nulis apa, yang terpikirkan hanyalah sebuah pesan sederhana :

Pesan kami hanya satu, untuk para sahabat Thalassaemia...
Tetap Semangat dan Bersyukur ! Karena hanya dengan itulah, melebihi arti Hidup ini !”
an. Cherish Club

Setelah acara penyerahan bantuan secara simbolis, tanpa berlama-lama, kami pun membagikan sedikit oleh-oleh secara langsung kepada adik-adik yang hadir saat itu, yaitu berupa susu Indomilk bubuk, susu Indomilk cair, Scotts Emulsion dan wafer. Bahagia sekali rasanya melihat senyum di wajah mereka saat menerima oleh-oleh yang tak seberapa itu.

Setelah membagikan oleh-oleh tersebut, aktivitas kami pun dilanjutkan dengan mengunjungi RSUD Dr. Selamet - Garut, karena kebetulan ada beberapa anak Thalassaemia yang sedang dirawat disana. Kami pun berjalan kaki bersama, menuju Rumah Sakit tersebut, karena kebetulan lokasinya tidak terlalu jauh dari aula tempat kami berkumpul. Sebelum kami tiba di Rumah Sakit, kami sempat mampir ke UTD (Unit Transfusi Darah) PMI dan kantor POPTI, untuk menyimpan sebagian barang-barang bantuan kami yang diserahkan pengelolaannya ke POPTI. Walau cuaca siang itu agak terik, tak menurunkan semangat kami untuk terus melanjutkan perjalanan.

Setibanya kami di Rumah Sakit, kami mengunjungi Gita, seorang anak perempuan berusia
20 tahun, yang ”berkenalan” dengan Thalassaemia sejak usia 3 bulan. Gita harus dirawat di Rumah Sakit saat itu, karena kondisinya yang melemah, dengan limpa nya yang sudah agak membesar (seharusnya Gita sudah menjalani operasi limpa, namun Gita masih takut untuk menjalani operasi, katanya).
Oleh karena limpa yang semakin membesar, mengakibatkan Gita harus transfusi darah semakin sering, yaitu bisa 2 minggu sekali dan sekali transfusi 2-3 labu sekaligus.
”Gita.., kamu harus mengikuti anjuran dokter untuk segera operasi ya.. Jangan takut..., adik-adik kecil lainnya berani, kan demi kebaikan kamu juga nanti...” pesan kami untuk Gita saat itu.
Selanjutnya, kami dibawa menuju sebuah ruangan yang tidak terlalu besar dan berisi beberapa ranjang rumah sakit, yang ternyata itu adalah ruang yang dipinjamkan pihak rumah sakit untuk dapat dipakai adik-adik kami transfusi darah. Terlihat saat itu, seorang adik kami yang sedang jadwal transfusi. Walau masih kecil usianya, namun dia berani dan kuat menjalani semua ini.Disana, kami ditunjukkan sebuah tempat tidur yang kami berikan untuk adik-adik kami. Yah..walaupun baru jadi satu (sebagai simbolisasi), karena waktu yang tidak memungkinkan untuk menjadikannya semua, serta tempat yang belum memadai untuk menampungnya, namun kami sangat senang sekali... karena tempat tidur itu manis sekali berada disana, dan sebagian adik dan orang tua yang berada disana juga sangat senang menerimanya.

Setelah beberapa aktivitas tersebut, maka kami segera bersiap bertemu dengan Ibu Rani Permata (istri Wakil Bupati Garut – Dicky Chandra). Singkat cerita, kami bertemu dan makan siang bersama Ibu Rani di sebuah restoran khas Garut ”Jemani”. Sebuah tempat makan yang begitu nyaman dan teduh, seteduh wajah dan penampilan Ibu Rani yang terlihat sangat cantik dan bersahaja.

Sembari menikmati nasi liwet nan nikmat, kami mengobrol dengan santai namun penuh makna.. Berbicara tentang kondisi Garut dengan berbagai kekayaan wisata dan budayanya, tentang kesamaan rasa peduli kami dengan semakin bertambahnya penderita Thalassaemia di Garut, membahas beberapa upaya yang dapat dilakukan bersama untuk Thalassaemia, tidak hanya untuk Garut, namun untuk seluruh wilayah di Indonesia. Senang sekali rasanya bisa mengobrol banyak dengan Ibu Rani. Rugi deh kalau tidak bertemu dengan beliau..

Setelah bersantap siang, Ibu Rani tak ketinggalan diminta untuk membubuhkan pesan di selembar kain ”Sahabat Thalassaemia”, melengkapi pesan yang telah kami goreskan sebelumnya. Namun sayang, kami tak sempat merekam apa pesan yang disampaikan beliau saat itu.
Menurut Bp. Pipin, Ibu Rani sangat perhatian dan peduli dengan Thalassaemia khususnya di Garut. Oleh karenanya, beliau sangat gigih melakukan dan mendukung berbagai aktivitas terkait Thalassaemia, seperti aksi donor darah, sosialisasi pencegahan Thalassaemia, bantuan dsb.

Tak lengkap rasanya bila sudah bertemu dan berkenalan dengan Ibu Rani, tapi tidak mengabadikan moment ini bersamanya. Kami pun sempat berfoto bersama Ibu Rani dan beberapa pengurus POPTI Garut serta beberapa anak Thalassaemia.

Acara kunjungan baksos kami hari itu sebenarnya usai sudah. Namun kami masih sempat mengunjungi rumah keluarga Bp. Pipin, untuk bersilahturahmi sejenak sebelum kami kembali ke Jakarta. Setibanya kami di rumah Bp. Pipin, kami disambut hangat oleh Ibu Jamilah (istri Bp. Pipin) yang cantik jelita, dan ketiga anaknya, dimana salah satunya yaitu si bungsu bernama Fakhira Salsabila, yang sudah ”berkenalan” dengan Thalassaemia sejak usianya 6 bulan.

Di sela-sela perbincangan kami dengan Ibu Jamilah, beliau sedikit bercerita tentang pengalamannya merawat si kecil Fakhira. ”Sempat tidak percaya ketika Fakhira dinyatakan menderita Thalassaemia oleh dokter, sampai harus cek ke beberapa dokter. Namun hasilnya sama. Yah..disyukuri saja, dan harus dijalani.. mau bagaimana lagi..?”, ujarnya dengan nada lembut, berlogat khas Sunda. Fakhira diperlakukan sama seperti kedua kakaknya agar tidak semakin merasakan bahwa dirinya sakit, itulah salah satu trik yang harusnya dilakukan oleh para orang tua penderita Thalassaemia.

Fakhira sudah diangkat limpa-nya pada usia 6 tahun. Kala limpanya membesar saat itu, harapan Fakhira hanyalah ingin dapat mengenakan ikat pinggang dan tank top. Dan kini harapan itu sudah terwujud. Namun transfusi darah tetap harus dilakukannya secara rutin serta senantiasa menjaga kondisi tubuh agar tidak terlalu kelelahan. Fakhira anak yang manis dan pintar. Dia pandai bermain piano. Sayangnya, saat itu Fakhira malu-malu, tidak mau menunjukkan kebolehannya.. Lain waktu kalau kami kesana lagi, kau mainkan piano untuk kami ya cantik..

Usai sudah perjalanan kami sepanjang hari itu di Garut, mengunjungi adik-adik dan saudara Thalassaemia kami. Puas, senang, haru dan bahagia, semua rasa jadi satu... Sungguh suatu kebahagiaan kami yang tiada tara... Inilah sebuah kebahagiaan sesungguhnya, yaitu saat kami dapat berbagi kepada sesama yang membutuhkan.

Mungkin kami hanya sebagian kecil dari penghapus deritamu... Selebihnya, kalian yang harus kua
t dan tabah menjalani semua ini. Karena hanya dengan kuat, tabah serta bersyukur, hidup kalian menjadi lebih bermakna. Kami hanya dapat mendukung melalui doa, agar Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa memberikan kelancaran dalam hal apapun yang kalian hadapi...
Kini, kami adalah sahabatmu... Dan sebagai sahabat, kami akan melakukan apa yang menjadi bagian kami, menjaga agar tidak semakin banyak sahabat lainnya yang menderita Thalassaemia, melainkan semakin banyak sahabat yang dapat mendukung dan meringankan beban kalian, adik-adik, saudara kami, baik di Garut, dan dimanapun berada.

Sampai berjumpa lagi Sahabat Thalassaemia kami di Garut.. Kelak kami datang, ingin tetap melihat senyum, semangat dan keberhasilan kalian dalam hal apapun yang kalian lakukan....

Kami adalah Sahabat Thalassaemia Indonesia..!!

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kami berikan kepada :
Seluruh pengurus POPTI Garut, pengurus RSUD Dr. Selamet - Garut dan UTD PMI Garut
atas kepedulian dan jiwa kalian yang tulus,
yang senantiasa mendukung Sahabat Thalassaemia dan menjadikan hidup mereka penuh arti....
Mari kita satukan langkah kita untuk mencegah Thalassaemia agar tidak semakin meluas... dan terus berikan semangat dan motivasi bagi para penderita serta orang tua Thalassaemia dimanapun berada...Tuhan senantiasa memberkati kita.
Amin