Selasa, 09 Desember 2008

Media Promosi Sederhana Tapi Efektif

Bingung mempromosikan produk ? Masalah dana..? Atau masalah media promosi..? Apakah ada media promosi yang sederhana tapi efektif... ? Tidak perlu bingung deh ......

Salah satu unsur yang kita kenal dalam Marketing Mix Strategy adalah “Promosi”. Adapun tujuan dari strategi promosi itu adalah menggerakkan para pembeli potensial dari tidak menyadari menjadi sadar untuk membeli. Dan media promosi yang paling sederhana tapi efektif adalah “diri sendiri”. Percayakah Anda..?

Pernah suatu waktu saya ditanya oleh seorang teman, yang kebetulan baru bertemu lagi dengannya, pada saat saya baru saja bergabung dengan salah satu perusahaan, setelah sempat sebelumnya di perusahaan lain namun di bidang yang sama yaitu perbankan.
“Sekarang kamu kerja dimana?” tanyanya.
“Di Bank ABCD”, jawab saya.
“Apa..?” tanyanya ragu seakan tak percaya dengan jawaban saya.
”A..B..C..D.. ” ujar saya sambil mengeja 4 huruf itu.
“Ooo...”, akhirnya dia mengerti.
”Koq Bank ABCD sih..?”, eh dia bertanya lagi.
“Memang kenapa?” ujar saya perlahan.
“Bank kecil bukan..?” tanyanya dengan nada sedikit berayun tinggi.
“Tapi akan jadi besar!”, jawab saya singkat, padat namun pasti.
“Ciee....” ujar teman saya dengan nada sedikit meledek.
”Bener koq memang bagus.. kamu pernah dengar produk tabungan ABCD gak, yang iklannya ada di televisi itu lho.. ! Produk itu banyak hadiahnya, namanya juga Tabungan Berhadiah Ganda... mau ikutan dapat hadiah gak..? bla..bla..bla ”.

Pembicaraan selanjutnya terserah Anda..! Mungkin saja pembicaraan tersebut akan berlanjut menjadi panjang, dan kita berpeluang untuk mempromosikan lebih banyak tentang produk-produk kita. Namun, tentunya kita harus cukup pengetahuan tentang segala sesuatunya, agar dalam menjawab pertanyaan tidak salah atau malah membingungkan. Cukup sederhana bukan..? Efektif kah..? Yah.. tergantung bagaimana niatnya kita untuk berbicara lebih banyak, memberikan penjelasan, sekaligus mempengaruhi target kita.

Di lain kesempatan, kira-kira 1 minggu setelah saya bergabung dengan Bank ABCD, saya harus mengurus pembukaan rekening Tabungan pribadi. Jujur saja, pada saat itu saya baru tahu bahwa ada yang namanya ”ATM XYZ”. Bagus, unik dan ngetrend, itulah kesan pertama saya mengenai ATM tersebut. Sebelum ATM itu jadi, saya langsung memberitahu kepada salah seorang teman saya, ”Di Bank ABCD ada ATM bagus lho.. , masa foto kita bisa muncul full satu kartu, fotonya juga bisa pilih sendiri lho, ya sesukanya gitu deh...bla..bla..bla..” Tidak lebih dari 2 hari, teman saya ingin ikut memiliki ATM tersebut, dan........ tambah pembukaan 1 rekening baru deh untuk Bank ABCD. Lumayaaaann..... :).

Sederhana bukan..? Yah mungkin ada yang berpikir bahwa pengalaman saya ini merupakan kebetulan saja. Kebetulan... ada teman yang bertanya tentang saya bekerja dimana sehingga saya dapat berbicara lebih banyak kepadanya, atau kebetulan juga teman yang saya ceritakan tentang ATM adalah teman dekat, jadi.. yah mungkin saja dia percaya apa pun yang saya bicarakan. Tapi.. tidakkah kita sadari, berapa banyak orang di sekitar kita, ada keluarga, teman, saudara, ... bukankah mereka berpotensi untuk menjadi target market kita ? Namun, semuanya kembali pada diri kita sendiri, apakah kita mau mempromosikan perusahaan dan produk-produk kita kepada orang lain ? Dan satu hal yang perlu diingat adalah apapun tanggapan mereka terhadap perkataan kita, ya harus diterima. Namanya juga usaha....... :). Apabila mereka menolak, tentu ada reason-nya, nah.. bukankah reason mereka justru dapat dijadikan masukan untuk perbaikan dan kemajuan kita ?

Jadi...... dimananapun kita berada, kalau kita berniat mendukung perusahaan tempat kita bekerja, maka promosi melalui diri sendiri .. ? Kenapa tidak .. ?!?!

Kupu-kupu Yang Sempurna

Pernahkah teman-teman membaca atau mendengar kisah ini :

Suatu hari seorang anak mengamati lubang kecil dari sebuah kepompong calon kupu-kupu, selama beberapa jam lamanya.
Calon kupu-kupu itu, yah.. terlihatlah calon kupu-kupu berjuang dengan memaksa dirinya, melewati lubang kecil itu. Dan kemudian kupu-kupu berhenti membuat kemajuan. Kelihatannya dia telah berusaha semampunya, dan dia tidak bisa lebih jauh lagi. Oleh karena rasa iba, akhirnya anak tersebut memutuskan untuk membantunya, kemudian dia mengambil sebuah gunting dan memotong sisa kekangan dari kepompong itu... kreshh.....
Kupu-kupu tersebut keluar dengan mudahnya. Namun...kupu-kupu tersebut mempunyai tubuh yang gembung dan kecil serta sayap-sayap yang mengkerut. Anak tersebut terus mengamatinya karena dia berharap bahwa, pada suatu saat, sayap-sayap itu akan mekar dan melebar sehingga mampu menopang tubuhnya, yang mungkin akan berkembang.

Seiring dengan berjalannya waktu. Akhirnya, semuanya tak pernah terjadi. Kenyataannya, kupu-kupu itu menghabiskan sisa hidupnya merangkak di sekitarnya dengan tubuh gembung dan sayap mengkerut, dan dia tak pernah bisa terbang.

Jadi teringat masa kecil, kala aku memberontak saat ibu akan menyuapi obat demam ke mulutku. Dengan lincahnya aku berlari kesana kemari dan menutup rapat-rapat mulutku demi menghindari sendok berisi bubuk puyer menghadang di depan mulut. Mengapa ibu sedemikian gigihnya menyuapi aku obat ? yah.. tentu agar aku lekas sembuh dari sakit. Dan aku harus dipaksa untuk meminumnya. Tidak mengenakkan memang rasanya kalau dipaksa melakukan sesuatu yang tidak kita sukai. Tapi kalau saja saat itu aku tahu bahwa pada akhirnya aku harus dipaksa untuk minum obat, mengapa saat ibu atau ayah menasehatiku untuk tidak bermain diluar rumah kala hujan dan selalu beristirahat siang dengan cukup, aku tidak melakukannya ya? Sekali dua kali dinasehati tidak cukup membuat aku berubah, hingga akhirnya aku harus mengalami demam yang tinggi, pusing kepala tak terkira dan aku dipaksa minum obat sehari dua kali. Dan sekarang, setelah aku dewasa, baru aku menyadari betapa pentingnya menjaga kesehatan agar terhindar dari segala penyakit.

Hidup ini penuh perjuangan! Sejak kita dilahirkan, ada perjuangan seorang ibu melahirkan anaknya, saat anak terlahir ke dunia, ada perjuangan kedua orang tua untuk membesarkan anak-anaknya, dan ketika anak telah dewasa, ada perjuangan seorang anak dalam mencari jati diri dan menghidupi dirinya sendiri, keluarga dan orang tuanya, saat menjelang ajal pun, ada perjuangan melawan penyakit dan bertahan hidup, bahkan ketika ajal telah menjemput, ada perjuangan bagi keluarga yang ditinggalkan untuk tetap hidup tanpa keluarga yang utuh lagi. Dan perjuangan hidup itu kita lalui begitu saja ....

Namun terkadang kita tidak mengerti bahwa setiap perjuangan dalam hidup kita, itulah yang akan membuat kita besar dan kuat. Justru apabila kita hidup tanpa hambatan apapun, mungkin itulah yang akan melumpuhkan kita. Seperti kepompong yang dipaksa untuk keluar sebelum waktunya, dia akan menjadi ”kupu-kupu yang tak sempurna”.

Jadi, apakah kita akan menunggu sampai kondisi memaksa kita berubah atau kita mau berubah atas kemauan diri sendiri, menjalani setiap perubahan dengan penuh semangat serta menjadikan setiap perubahan yang terjadi adalah perjuangan kita untuk menjadi lebih besar dan kuat ?

Jawabannya ada pada diri kita masing-masing...
Namun yang pasti ”tidak ada paksaan dan jangan sampai kita dipaksa untuk berubah”, karena kita ingin menjadi ”kupu-kupu yang sempurna”, dengan sayap-sayapnya yang indah penuh warna berbaur dengan bunga-bunga nan harum mewangi...

Kata-kata bijak :
Jalanilah hidup tanpa ketakutan, hadapi semua hambatan, kendala dan masalah dalam hidupmu, dan yakinlah kita dapat mengatasi semua itu..

Kamis, 06 November 2008

Rebranding Perusahaan + Rebranding Diri = ... ?

”Tempat ngobrol enak sambil ngopi, bisa internetan pula, enaknya dimana ya ?” ....
Starbucks dong..”
Kalau ... ”Tempat makan cepat saji yang enak, relatif murah, lengkap dengan mainan anak-anak, dimana tuh ?” ... ”Mc D lah ya...”
Nah... kalau... ”Logo gambar topi warna merah, apa tuh.. ?” ... ”Pizza Hut kan... ”

Masih banyak contoh merk barang atau perusahaan yang sangat kita kenal, yang bahkan hanya dengan melihat logonya saja, kita sudah tahu produk atau perusahaannya. Apabila sudah tercipta kondisi seperti ini, maka ini hal yang luar biasa dan merupakan asset yang tak ternilai harganya. Mengapa demikian ?

Brand atau merek adalah representasi dan asosiasi sebuah produk, baik kualitas, harga, nilai maupun gengsinya. Sepotong nama ini dapat berarti banyak. Brand adalah pukau, daya pikat, pesona sekaligus pembeda dari yang lain. Brand inilah yang akan dapat memikat orang hingga mengagumi, memburu dan membeli sebuah produk atau karya. Tanpa brand yang menancap kuat di benak konsumen, sebuah produk hanyalah dianggap sama semuanya secara fungsional. Namun dengan brand yang kuat, harga produk dapat menjadi berlipat ganda.

Oleh karena brand telah terbukti dapat menciptakan nilai yang berharga bagi sebuah produk dan perusahaan, maka banyak perusahaan yang mulai melakukan rebranding, dengan tujuan utama tentunya adalah untuk memperkuat brand-nya di mata konsumen. Dibalik sebuah brand, terdapat pernyataan janji yang harus dipenuhi. Itulah sebabnya, rebranding pun bukanlah sekedar berganti nama atau logo. Melekat tugas berat didalamnya, dimana kita harus memastikan bahwa persepsi konsumen perlu kita giring untuk yakin dengan brand yang baru tersebut, tentunya dengan menciptakan pengalaman baru yang lebih menyenangkan dan memuaskannya.

Keberhasilan dari rebranding perusahaan tidak dapat dilepaskan dari rebranding diri dari setiap anggota organisasi. Seperti halnya, brand sebuah produk atau perusahaan sangatlah penting, maka diri kita pun harus memiliki brand (citra) yang baik. Kalau selama ini brand kita sebagai karyawan di sebuah perusahaan terkesan biasa saja, maka sudah saatnya kita perlu memperbaikinya.

Dengan rebranding diri, berarti kita menentukan mau seperti apa kita dilihat dan dipersepsikan oleh orang lain dan perusahaan. Kita ingin dikenal sebagai seorang ”pekerja keras” ? (tentu kita harus bekerja keras tanpa mengenal lelah), sebagai orang yang ”bijaksana” ? (tentu kita harus bijaksana dalam segala hal), sebagai orang yang ”pandai berkomunikasi” ? (tentu kita harus mencari cara yang efektif dan efisien dalam berkomunikasi)”, sebagai seorang yang ”suka menolong” ? (ya tentu kita harus selalu menolong orang lain yang membutuhkan pertolongan)”, dsb.

Kita yang menentukan, kita yang lakukan apa yang menjadi harapan brand atas diri kita dan kita promosikan brand kita dengan cara konsisten melakukannya. Niscaya, rebranding diri akan membawa dampak positif bagi diri sendiri, orang lain dan perusahaan.
Saya senang, semua senang, perusahaan tenang (karena memiliki asset berharga, yang tidak hanya didapat dari brand perusahaan namun juga dari brand yang baik dari setiap anggota perusahaan). Dan sebaliknya, perusahaan senang, semua senang, saya pun tenang.

Jadi, rebranding perusahaan + rebranding diri = TOP banget deh !!

Senin, 29 September 2008

Jangan Takut Menjadi Follower

”Yah..bisanya ikut-ikutan aja siiiih.. ! Ih.. itu kan sama dengan produk merek "A" ya.. ! Gak kreatif deh.. !?”

Kalimat-kalimat seperti itu sering kita dengar bahkan mungkin kita lontarkan ketika kita melihat suatu produk keluaran baru yang mirip atau cenderung sama dengan produk yang keluar terlebih dahulu. Apalagi produk keluaran baru itu merupakan produksi dari perusahaan yang tidak se"tenar" perusahaan pencetus produk pertama kali. Bahkan kebanyakan orang langsung men"cap" produk keluaran baru itu tidak lebih baik dari produk yang keluar terlebih dahulu.

Meniru..? Jadi Follower dong..? Yah... memang disebut Follower, tapi apakah menjadi Follower merupakan hal yang salah ? dan apakah Follower tidak dapat berhasil ? Jawabannya : TIDAK. Namun tentu saja semua itu tergantung bagaimana kita mengupayakan segenap pikiran dan kemampuan untuk mengimprovisasi produk kita menjadi "berbeda" di mata konsumen, meskipun konsep dasar dari produk kita sama dengan produk lainnya.

Sejak "TK" (sebut saja demikian), produk minuman teh dalam kemasan botol diluncurkan, aku lebih memilihnya dibandingkan produk minuman teh merek lainnya ("TB"). Padahal "TB" keluar terlebih dahulu bahkan dapat dikatakan produk pertama untuk minuman teh dalam kemasan botol, dan produk itu telah menguasai pasar cukup besar. Mengapa aku pilih "TK" ? Pertama, isinya lebih banyak dibandingkan "TB", pas dengan kebutuhan aku kala haus, tidak terlalu banyak juga tidak terlalu sedikit. Kedua mengenai rasanya... yah.. relatif sama dengan "TB". Ketiga, masalah harga..? relatif sama juga dengan "TB". Tapi kan dengan harga yang sama, aku dapat minum lebih banyak... Dasar konsumen... :)

Dari sekian banyak produk susu anak-anak yang beredar di pasaran. Dapatkah kita bayangkan bagaimana ketatnya persaingan di produk tersebut ? Tapi mengapa selalu bermunculan produk-produk baru, baik yang diproduksi oleh perusahaan yang sudah "exist" maupun perusahaan "new comer" ? Jawabannya adalah karena mereka melihat bahwa selalu ada peluang dan mereka memanfaatkan peluang itu dengan pemikiran yang kreatif dan inovatif.

Pada satu kesempatan, di tengah-tengah obrolan mengenai kebutuhan anak dengan beberapa temanku yang sudah memiliki anak, aku sempat menanyakan produk susu apa yang mereka pilih untuk anak-anaknya. Temanku yang satu mengatakan memilih produk "A", selain karena rasa yang disukai anaknya, juga karena produk itu sering memberikan hadiah langsung yang bermanfaat seperti VCD atau kaset yang mendidik anak-anak tentang pengenalan alam dan satwa. Dan temanku yang satu mengatakan bahwa untuk produk susu anak, ia tidak terpaku pada satu merek tertentu, terkadang ia membeli produk yang menawarkan promosi menarik. Contohnya apabila ada program discount "beli 3 gratis 1", pasti ia akan langsung membelinya bahkan untuk persediaan yang cukup lama.

Selain itu, aku pernah melihat promosi produk pewangi dan pelembut pakaian di sebuah supermarket, dimana produk itu mengunggulkan kelembutannya yang sangat nyaman bahkan untuk pakaian dan handuk anak-anak. Sungguh unik promosi yang dilakukannya, dimana mereka menempatkan sebuah tempat tidur anak yang mungil, dilengkapi dengan sprei, selimut dan boneka lucu di atasnya. Untuk setiap pembelian produk dalam jumlah tertentu, pembeli mendapatkan foto gratis langsung jadi untuk anaknya yang berpose di atas tempat tidur tersebut. Tempat tidur itu ditempatkan tepat di belakang kasir, meskipun berada di posisi agak ujung, namun dengan tampilan kasur dan perlengkapannya yang warna-warni mencolok, ditambah sang tukang foto bak fotographer handal serta pramuniaga cantik nan manis, sangat menarik minat pengunjung di supermarket bahkan pengunjung di luar supermarket untuk membeli produk itu.

Jadi, meskipun produk relatif sama, belum tentu penjualan dari perusahaan yang sudah terkenal dan masuk pasar terlebih dahulu akan lebih baik dibandingkan perusahaan yang mengeluarkan produk belakangan. Yang terpenting adalah bagaimana kita dapat membedakan produk kita dari yang lain, dari sisi harga yang lebih murah, tampilan produk yang unik, fungsi tambahan atas produk, program promosi yang menarik, dan masih banyak hal yang dapat kita upayakan untuk memuaskan kebutuhan konsumen.

Menjadi Follower itu bukan semata-mata hanya sebagai pengikut saja dan tidak dapat sukses. Begitu banyak hal yang dapat kita jadikan "pembeda". Jadi, walaupun berstatus sebagai follower, asalkan kita dapat mengelola segala sesuatunya dengan baik, mengutamakan dan mengenali kebutuhan konsumen, terus kreatif, serta tetap memperhitungkan Cost & Benefit, maka Follower pun dapat meraih sukses.

So.. Don't affraid to be Follower .. !

Kamis, 25 September 2008

Indahnya Berbagi...

Tak terasa 4 bulan telah berlalu..
Dengan kesibukan pekerjaan dan aktifitas rutin yang begitu menyita waktu kami..
Akhirnya kegiatan bakti sosial kami pun kembali dilaksanakan.
Kali ini tujuan kami adalah sebuah panti asuhan, tepatnya di Yayasan Panti Asuhan Anak Putra Utama 01 Klender, Jakarta Timur.

Kamis, 18 September 2008

Hiruk pikuk, lalu lalang orang-orang di sepanjang gang pertokoan hampir mengaburkan pandangan kami..
Ditambah suara teriakan para penjual memanggil-manggil calon pembeli sungguh memekakkan telinga kami.. Namun kami pun berjalan dengan pasti, berhimpitan dengan kerumunan orang disana.
Yah.. begitulah suasana perdagangan di Tanah Abang pagi itu sekitar pkl.09.00, ketika kami, 3 orang perempuan nekad berada di keramaian tesebut, demi mendapatkan pakaian baru ’tuk anak-anak panti yang sesuai dengan dana sumbangan yang terkumpul.

Dengan berbekal tekad dan semangat yang kuat (bercampur antara jiwa sosial dan belanja, akhirnya kami berhasil mendapatkan barang berupa pakaian anak-anak, yang jumlahnya... emm.. sekarung besar, yah.. hampir sebesar 2 orang dewasa kalau disatukan.... Puas lah hati kami, akhirnya kami kembali ke kantor (sebagai basis pengumpulan barang sumbangan), walaupun bermacet ria di panas terik yang membuat kerongkongan kami haus tiada taranya. Belanja pun dilanjutkan ke ITC Kuningan, ’tuk membeli tas anak-anak guna melengkapi baju yang telah kami beli..

Setelah semua barang terkumpul, kami bersatu padu membereskan persiapan semua barang sumbangan dengan sukacita. Merapikan plastik, membungkus, menyatukan tas dan baju, sampai menamai satu-satu paket per nama anak.

Tak terasa, dengan bantuan banyak tangan, pekerjaan pun selesai lah sudah, hanya tinggal melengkapi beberapa persiapan lainnya seperti games dan hadiah akan dilanjutkan esok hari, karena masing-masing dari kami pun sudah lelah seharian bekerja dan beraktifitas.

Sabtu, 20 September 2008

Siang hari pkl. 01.00, semua team The C Club tengah berkumpul di BNT. Sembari sebagian orang membereskan barang-barang untuk dibawa, sebagian lainnya briefing persiapan acara games. Dengan tetap semangat, kami pun membawa barang yang buanyaaakk... ke basement ’tuk siap diberangkatkan. Barang-barang mulai ditata sampai berjejal-jejal ke dalam mobil, dan akhirnya ... fiuhh... semua aman terkendali.. . Kami pun berangkat sekitar pkl. 02.30 ke lokasi.

Sesampai disana, sementara beberapa orang bertemu dengan ibu dan bapak pengurus panti, sebagian lainnya menurunkan barang-barang, sembari menunggu anak-anak berkumpul selesai sholat. Tak berapa lama pun, 89 anak tengah berkumpul di aula, tempat kami bermain dan berbagi kebahagiaan sepanjang hari itu. Nampak keceriaan di wajah anak-anak, walaupun letih sudah pasti dirasakannya, selain karena berpuasa, juga setelah beraktifitas di sekolah. Terlihat dua anak terlelap tidur di kumpulan anak-anak lainnya, bahkan ada yang tertidur di lantai (haha.. pasti capek sekali dia..  ), namun acara terus dilanjutkan.

Games dimulai dengan permainan kelompok. Mereka bermain dengan antusias, diawali dengan pemilihan nama kelompok yang bertemakan buah-buahan, ada mangga, pisang, salak, nanas, dsb. Game pertama adalah pertanyaan rebutan, dimana pertanyaan dapat dijawab oleh kelompok mana saja yang mengangkat tangannya. Apabila dapat menjawab maka nilai pun didapat. Pertanyaan demi pertanyaan dilalui tanpa kesulitan, walaupun ada satu pertanyaan yang sempat membuat ”geger” anak-anak panti plus The C Club, hanya karena soal kucing dan musang.. Jadi, berbentuk hewan apakah tokoh Naruto itu ? Kucing atau Musang.. ? Kucing.. ? Musang... ? uughh.... 


Games lain yang tak kalah seru adalah permainan pesan berantai, dimana 5 anak dari masing-masing kelompok harus membisikkan pesan yang diterima dari team The C Club, dimulai dari anak paling belakang sampai ke yang paling depan. ”Lutut kaki kakekku pegal-pegal karena berjalan-jalan di Pasar Baru”. Haha.. lucu sekali jawaban anak-anak itu, serius pula ketika membacakan pesan ke panitia. Ada yang lengkap, ada yang kurang lengkap, ada yang sangat tidak lengkap.. ”Lutut pegal-pegal di Pasar Baru.. ” apalah.. macam-macam deh..

Games kelompok terakhir adalah tebak raga, dimana ketua kelompok diberi soal kemudian harus diperagakan ke kelompoknya untuk ditebak jawabannya. Semua pertanyaan dilalap habis oleh anak-anak. Cerdas dan aktif sekali mereka..

Akhirnya, permainan kelompok pun usai sudah dan dimenangkan oleh Kelompok ”Mangga”, yang beranggotakan laki-laki semua, dan tentunya kelompok yang sempat protes mengenai ”Naruto adalah Kucing”. Haha.. teringat terus nih sepertinya.. Hadiah pun dibagikan ke para pemenang.

Note : Akhirnya penulis mendapat kepastian bahwa Naruto sebenarnya adalah.... M.u.s.a.n.g.. malu deh..

Acara selanjutnya, adalah unjuk kebolehan yaitu menyanyi. Mereka dengan percaya diri, tanpa malu-malu dan diminta-minta, maju ke depan, mengambil alih microfone dan langsung menyanyi.

Berjuta warna pelangi..
Di dalam hati..
Sejenak luluh bergeming..
Menjauh pergi..
Tak ada lagi..
Cahaya suci..
Semua nada beranjak..
Aku terdiam sepi...

Dengarlah matahariku
Suara tangisanku
Kubersedih
Karena panah cinta menusuk jantungku ...

.....

Begitulah kira-kira lantunan salah satu lagu yang dinyantikan oleh seorang anak perempuan. Lagu-lagu lainnya adalah tetap merupakan lagu dewasa masa kini, dari Peterpan .. Kangen Band, Agnes Monica, dan terakhir adalah Balonku... (akhirnya ada juga yang menyanyikan lagu anak-anak.. ). Hadiah bagi yang setiap anak yang sudah unjuk kebolehan pun dibagikan..


Keceriaan semakin bertambah, ketika kami membagikan paket baju, tas dan snack untuk masing-masing anak. Berkerumun, berteriak, berisik sekali suasana saat itu, seakan mereka tak ingin namanya terlewat atau tak disebut dalam pembagian hadiah tersebut.

Tak terasa, 2 jam telah berlalu.. Acara demi acara telah dilalui dan hadiah demi hadiah telah dibagikan, usai lah tugas kami hari itu. Sebelum kami melangkah pulang, kami sempat melihat aktifitas nge’band’ yang tengah dilakukan anak-anak di ruang yang berbeda. Terlihat beberapa anak pria memainkan alat musik (gitar, bass) dipandu dengan seorang pelatih, melantunkan sebuah lagu. Pintar sekali mereka bermain musik. Mereka hanyalah anak panti, yang telah kehilangan orang tua, namun mereka tak kehilangan masa depan ...

Walaupun tak sempat kami mengabadikan foto bersama seluruh anak panti, namun kami sempat berfoto ria dengan beberapa anak dan pengurus panti. Pertemuan kami akan berakhir, namun kenangan indah dan berjuta kebahagiaan yang kami rasakan saat itu tak akan terhapus dari lubuk hati kami yang terdalam.

Senin, 15 September 2008

Mahalkah suatu "Kualitas" ?

Sesuatu yang berkualitas ya pasti mahal..

Banyak pendapat yang menyatakan demikian.
Benarkah .. ?
Tergantung dari masing-masing kita dalam mempersepsikannya. Kalau kita sudah mengalami sendiri, baru kita bisa angkat bicara...

Beberapa waktu lalu, saya sempat dibuat kesal oleh seorang supir taxi (tak perlu disebut nama taxi, supir, apalagi nomor taxi nya, hehe.. ya nda dihafal lah ya.. tapi yang pasti karena memang tidak ada tanda pengenal terpajang di dashboard mobil). Waktu itu, saya men'stop' taxi dari depan kantor (ambassador) untuk menuju daerah Sarinah. Memang sejak masuk, perasaan saya mulai tak enak, selain tak ada pengenal pengemudi, juga kondisi mobil yg tak terawat. Sampai sempat saya menengok beberapa kali ke belakang jok, untuk memastikan aman, karena takut seperti di berita-berita kriminal, dimana bisa saja penjahat mengumpat di belakang jok mobil.

Sepanjang jalan dari ambassador sampai dengan Kuningan lancar, namun mendekati arah Sarinah justru padat merayap. Sang supir mulai menunjukkan ketidaksopanan, dengan (maaf) bersendawa, ngebut-ngebut, ditambah dengan sikap yang malas-malasan ketika melihat jalanan macet. Kemudian dia bertanya kepada saya "Ini mau turun dimana ya?", saya bilang "nanti di depan tuh belok kiri". Kemudian dia berkata lagi (dengan kurang jelas), "di Jl. Sunda?", "Iya" kataku. "Macet banget kearah sana, macetnya dari sini nih panjang". Saya balik bertanya, "lalu..? kan di depan nya lagi juga sama aja, macet juga". Dan dia berkata, "ya... maksudnya turun di depan gang, tidak usah belok kiri". Dengan nada mulai kesal saya menyahut, "kalau saya mau belok bagaimana..?". Dia pun tak mau kalah kesal, tanpa menyahut tapi menunjukkan sikap tidak senang dengan menggaruk-garuk kepala (ya gatel kali.. ga keramas soalnya, he..), dia mulai memainkan hape nya. Memutarkan nada dering yang menurutnya lucu, tapi sama sekali tidak buatku. Kalau tidak salah ingat, nada dering-nya "bebek-entok, apalah... "

Kemudian karena mobil jalan sangat perlahan, ditambah harus melihat kelakuan si supir, saya putuskan untuk berhenti juga di depan gang, kebetulan saat itu argo menunjukkan angka yang kalau dibulatkan (sedikit) pas Rp20ribu. Daripada saya harus melebihkan uang untuk pelayanan yang seperti itu, mending saya berjalan kaki sampai ke tujuan.

Sebagai konsumen, saya sangat berhak menuntut pelayanan yang baik atau memuaskan. Dalam kasus ini, apakah si supir berhak meminta penumpangnya mengakhiri tumpangan sesuka hati..? Apakah ada informasi lisan atau tertulis sebelumnya, bahwa taxi ini hanya melayani penumpang dengan tujuan yang "tidak macet" ? Kalau hal ini demikian adanya, tentu saya tidak berhak komplain, dan tentunya saya tidak akan naik taxi itu. Simple kan..?

Sangat jauh berbeda hal yang saya rasakan dengan taxi lainnya (si biru manis).. Setidaknya hingga saat ini, pengalaman saya bersama si biru baik-baik saja. Dari mobilnya yang rapi, supirnya yang sopan, sapaannya, perilaku mengemudi (selelah apapun dia, masih menyapa dan sopan dalam bersikap).
Berkualitas !
Kata itu yang tepat saya berikan untuk taxi tsb.

Apakah yang berkualitas itu mahal..? bisa iya bisa tidak.
Kenyataannya sekarang ini, dalam hal per"taxi"an, memang si biru lebih mahal dibanding taxi lainnya (walaupun dengan BBM yang mahal sekarang ini, taxi berlabel "tarif murah" pun mulai gerah dan akan mengikuti harga si biru).

Mahal atau tidak nya suatu produk atau jasa, banyak faktor yang perlu dilihat dan ditelaah. Hingga akhirnya kita berada pada suatu keputusan pribadi, apakah dengan yang mahal kita nyaman, atau justru membiarkan saja kenyamanan itu tergantikan dengan yang murah ?

Jawabannya ada pada kita masing-masing.

Yang pasti, setiap konsumen selalu mengharapkan segala kebutuhannya terpenuhi !

Rabu, 10 September 2008

Kecupan itu ....

Pagi ini…
Tak sengaja kulihat
Sang suami mencium pipi sang istri
Sejenak ketika istri hendak turun dari mobil,
Yang tengah menghantarnya ke kantor

Kecupan itu..
Ah..
Begitu mesra..
Begitu indah terlihat..

Pernah kubertanya
dengan seorang teman pria
Apakah dia selalu mencium sang istri ?
Dan di kala apa ?
Iya menciumnya, di pagi hari sebelum berangkat kantor, jawabnya
Emmm.... sama indahnya pikirku..

Tapi..
Ada kalanya..
Ciuman itu hanya ritual saja..
Tanpa rasa..
Hanya kebiasaan.. atau kewajiban..?
Atau justru ciuman dengan napsu..?

Ah.. apapun alasannya..
Ciuman itu tetap indah..
Karena dengan ciuman..
Bisa meluluhkan segala suasana..
Yang tegang menjadi tenang..
Yang hampa menjadi harap..

Benarkah demikian.. ?
Biar kita masing-masing yang menjawabnya..

...

Selasa, 02 September 2008

Bahasa Bukan Sekedar Bahasa

“Kowe asale endi ?”
“Aku asal Jogja Mas..”
“Oh.. sama toh.. Aku juga gede neng kono.. “

Begitulah kira-kira sekelumit obrolan yang kudengar antara Lia dengan seorang customernya.

“Lia”, ya dia adalah seorang karyawati toko handphone kerabatku yang telah berkecimpung di bidang handphone selama kurang lebih 2 tahun. Lia.. emm..dia selalu dapat menarik customer dengan logat kejowoan-nya yang unik namun sederhana. Tak sedikit customer yang menjadi pelanggan saat ini didapatkan oleh karena daya tariknya itu. Setiap customer berlogat Jawa yang ditemuinya, langsung ditanggapi Lia dengan bahasa Jawa pula. Luwes sekali dia berkomunikasi, dengan gayanya yang medok. Jawa tulen deh pokoknya..

Pernah suatu waktu, seorang customer mampir ke toko kerabatku sekedar melihat-lihat saja, karena nampaknya memang tidak ada niat untuk membeli handphone. Namun pada akhirnya customer itu membeli juga. Karena Lia..? Emm..mungkin juga..
“Sing Ini horgone piro mba..?” (yang ini harganya berapa mba..?), sembari menunjuk sebuah hanphone yang terpajang di etalase.
“Pitu ngatus pitung puluh limo mas..” (tujuh ratus tujuh puluh lima mas..)
“Koq larang temen..?” (koq mahal sekali ?)
“Iki barange apik mas.. masih ono garansine. Deleng dulu wae mas, ora beli ora opo –opo koq..” (ini barangnya bagus mas, masih ada garansinya. Dilihat dulu saja mas, tidak beli tidak apa-apa koq)
“Iyo.. tapi ojo segitu toh horgone.. nanti pulang aku ora ono ongkose..” (iya, tapi jangan segitu harganya, nanti pulang aku tidak ada ongkos).

Dan Lia pun menanyakan keputusan harga tersebut ke bos-nya. Bos Lia (kerabatku) yang sedari tadi hanya mendiamkan Lia melayani customer, akhirnya mendekati customer tersebut.
“Bener lho mas udah murah.. pasarannya emang segitu.”
“Kurangi deh bos.. biar jadi aja.”
Kemudian kerabatku mendekat ke Lia dan berbisik, entah apa yang dibicarakan antara keduanya. Namun tak berapa lama setelah pembicaraan rahasia itu, kerabatku kembali menuju ke arah customer itu dan berkata, “Pitu ngatus selawe mas.. wis apik deh.. oke..??”

Spontan saja customer tersebut kaget dan tertawa geli mendengar ucapan kerabatku itu, yang sejujurnya.. memang terdengar agak kaku sih..J. Maklumlah, kerabatku bukan orang Jawa, tapi Betawi asli…!! J Jadi, ternyata sewaktu berbisik tadi, kerabatku menanyakan ke Lia bagaimana menyebutkan Rp725 ribu dalam bahasa Jawa. Dan singkat cerita, transaksi pun terjadi, deal dengan harga Rp725 ribu.

Dari cerita tersebut, apabila Lia tidak berbahasa Jawa dan apabila kerabatku pun tidak “ikut-ikutan” berbahasa Jawa, mungkin saja customer tersebut tidak jadi membeli, karena awalnya dia hanya sekedar melihat-lihat dan begitu banyak barang sejenis yang bisa didapatkan di toko-toko lain dengan harga yang sama pula. Namun setelah Lia menanggapi customer tersebut dengan menggunakan bahasa yang sama dengannya, customer itu merasa nyaman dan juga merasa dihargai, karena kerabatku pun (yang bukan seorang Jawa), ikut menyesuaikan diri dengan berbahasa Jawa, seakan menjadi sama dengan dia.

Tentunya customer lebih senang berhadapan dengan penjual yang mengerti akan dirinya. Seperti judul sebuah lagu “Karena Wanita Ingin Dimengerti”, customer pun ingin dimengerti. J Dimengerti kebutuhannya, dimengerti bahasanya, dimengerti latar belakangnya, dsb. Semakin dekat seorang penjual kepada customernya, semakin melekat di ingatan customer bagaimana baik buruknya pelayanan yang diterimanya.

Bayangkan saja, apabila kita sebagai customer, menemui penjual yang gaya dan bahasanya cuek, bahkan cenderung jutek. Pasti kita malas untuk berlama-lama berada di toko tersebut, apalagi untuk membelinya. Tentu kita akan lebih senang bertemu dengan penjual yang ramah, dan terlebih lagi mereka memiliki bahasa, asal daerah atau latar belakang yang kurang lebih sama dengan kita. Pasti kita akan merasa lebih akrab, lebih nyaman dalam berkomunikasi, dan keraguan pun hilang. Di jaman sekarang ini, customer cenderung mencurigai penjual alias “takut dibohongi.” Oleh karena itu, kesan pertama berjumpa dengan customer harus dimanage sebaik mungkin, agar customer merasa nyaman dalam bertransaksi.

Jadi, apabila seorang Customer Service yang bersuku Batak kebetulan bertemu dengan seorang customer yang juga bersuku Batak, tentu akan lebih baik apabila CS itu melayaninya dengan menggunakan bahasa Batak. Atau apabila seorang Pimpinan Perusahaan bertemu dengan seorang customernya (Chinnesse) yang sangat ahli berbahasa mandarin, dan kebetulan pimpinan tersebut yang walaupun bukan seorang chinesse namun bisa berbahasa mandarin, tentu akan lebih baik apabila komunikasi dilakukan dalam bahasa mandarin, agar suasana menjadi lebih hangat dan akrab.

Yah.. mungkin cara menarik pelanggan seperti ini terkesan kuno, dan mungkin juga terlupakan oleh kita, seiring dengan kemajuan teknologi dan inovasi ilmu marketing dewasa ini. Namun apabila hal “kecil” ini diterapkan tentu akan berdampak positif.

So… kalau hanya sekedar bahasa saja dapat memberikan kontribusi terhadap suksesnya sebuah penjualan, mengapa tidak kita coba.. ?


“Be the same with our customer, and we will see how the change happens to our sales.”

Mohon maaf, apabila dalam pemaparan bahasa Jawa diatas terdapat kesalahan, maklum penulis juga bukan seorang Jawa tulen.

Kamis, 28 Agustus 2008

Don't Do 4 M

Malu, Malas, Marah, Menyerah

Keempat kata diatas ini harus sangat dihindari oleh setiap penjual dalam bidang apapun. Jangan menganggap remeh kata-kata itu, karena keempat kata tersebut adalah sikap yang apabila dilakukan apalagi kalau sampai dibiasakan untuk dilakukan, maka dampaknya akan ”fatal” terhadap penjualan.

Seorang penjaga toko handphone terlihat malu-malu duduk di belakang etalase tokonya. Setiap orang yang lalu lalang dibiarkan melewati tokonya tanpa sepatah dua patah kata pun terucap dari bibirnya, walaupun hanya sekedar memanggil orang untuk mampir. Mengapa dia berbuat demikian? Tidak terbiasa? Atau mungkin dia malu untuk memanggil? Namun apapun alasannya, sebagai seorang sales, seharusnya dia tidak boleh hanya duduk diam, menunggu orang mampir dengan sendirinya. Seandainya saja dia memanggil orang yang lewat, “Silahkan Bu/ Pak.. lihat-lihat dulu..”. Mungkin saja orang yang tadinya hanya sekedar berjalan melewati toko, namun karena mendengar dirinya dipanggil, akhirnya berhenti sejenak atau bahkan mampir. Yah.. kita tidak akan pernah tahu hal seperti ini akan berakhir dengan adanya penjualan atau tidak. Tapi setidaknya kita sudah menciptakan adanya kesempatan.

Jadi, jangan malu yah..!

Kebetulan saya suka belanja terutama pakaian, jadi sempat saya memperhatikan cara menanggapi pelanggan dari setiap toko/ butik yang saya kunjungi. Pada suatu kesempatan, iseng saja, saya mampir ke sebuah Butik Pakaian, yang belum pernah saya datangi sebelumnya. Saya tertarik dengan satu model pakaian yang dipajang di toko itu, namun sayang ukurannya tidak sesuai dengan ukuran badan saya. Kemudian saya bertanya kepada salah satu pegawai, “Mbak, bisa lihat yang ukurannya lebih kecil?”. Si pegawai, yang saat itu memang terlihat agak sibuk melayani pelanggan, lantas cepat saja menjawab “Tidak ada”. Dia mengucapkan pernyataan itu tanpa sempat dia memperhatikan model pakaian yang saya tunjukkan kepadanya. Saya pikir hebat sekali pegawai itu, tahu persis bahwa pakaian yang saya inginkan sudah habis dari stok. Padahal stok pakaian yang ada di toko tersebut pasti sangat banyak dan beraneka ragam.
Yah sudahlah.. karena ukuran pakaian yang saya inginkan tidak ada, maka saya mengalihkan ke model lainnya, mungkin ada yang cocok. Namun tak berapa lama berselang, seorang pelanggan lain menanyakan pakaian dengan model dan ukuran yang saya tanyakan tadi. Namun anehnya, pegawai itu tidak menjawab “tidak ada”, seperti yang dia katakan kepada saya sebelumnya, melainkan dia berusaha mencari di stok pakaiannya, dan ternyata… ada ! uughhhh…#$@%^! Ehmm… entah apa sebabnya dia melakukan hal sepeti itu, apakah dia kebetulan sedang sangat sibuk saat saya bertanya kepadanya, atau dia malas mencarikannya untuk saya, karena saya orang baru, sedangkan orang yang lain tersebut adalah langganan tetapnya. Namun apapun alasannya, dia telah melewatkan kesempatan mendapatkan langganan baru. Yah.. kita tidak akan pernah tahu apakah dia akhirnya berhasil menjual kepada pelanggannya itu atau saya, yang merupakan orang baru dan mungkin sebagai calon pelanggan tetap berikutnya…

Jadi, jangan malas dong.. !

Seorang ibu datang ke salah satu toko mainan. Ia ingin mencarikan hadiah ulang tahun untuk anaknya. Beberapa mainan telah dia minta ke pegawai toko untuk dicoba, mulai dari robot-robotan, mobil-mobilan sampai notebook mainan untuk anak, namun sepertinya tidak ada tanda-tanda bahwa si ibu cocok dengan salah satu mainan diantaranya. Memang sepertinya ibu itu “agak bawel dan ribet”, hehe.. maklumlah ibu-ibu.. . Sang pegawai yang sedari awal melayani si ibu mulai jenuh dan nampak kesal. Kemudian dia meminta kepada salah satu teman pegawai lainnya untuk gantian melayani, sembari menggerutu, “Ngapain sih dari tadi coba ini itu tapi ga beli-beli.., emang cuma dia aja yang mau beli”. Marah… ya pegawai itu marah karena merasa lelah melayani dan semakin kesal karena si ibu tidak jadi membeli. Bagaimanapun perilaku si ibu, namun pegawai tersebut tidak seharusnya marah atau kesal. Sebagai penjual seharusnya tetap menerapkan konsep “Pembeli adalah Raja”, sehingga apapun yang dilakukan calon pembeli (ribet, bawel, pelit, dsb) tetap harus ditanggapi dengan sikap yang baik. Yah.. kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi nanti, mungkin saja si ibu tadi hanya sedang bingung memilih, sehingga dia meninggalkan toko sejenak, untuk kemudian dia kembali lagi dengan satu keputusan, mainan mana yang akan dibeli.

Jadi, jangan marah dulu ya.. !

Saya tertarik dengan cara menjual/ menarik minat pelanggan dari salah satu pemilik Butik Pakaian yang pernah saya kunjungi. “Pantang menyerah..” Ya.. dia dengan gigihnya membuat suatu closing penjualan dengan calon pembelinya. Entah daya tarik apa yang membuat saya akhirnya membeli pakaian di toko itu, yang pasti saya melihat adanya sikap pantang menyerah dari penjual itu. Sempat beberapa kali saya mengurungkan niat untuk membeli (karena harga belum cocok), dengan berpura-pura pergi meninggalkan toko itu, bahkan sempat saya mengatakan “Nggak deh.. lain waktu aja.”. Namun si penjual itu memanggil saya, dan lagi-lagi mengajak saya untuk meneruskan proses nego harga dengan gigihnya, sembari sesekali mengucapkan kalimat yang menarik perhatian saya. “Bagus deh, cocok sekali dipakainya. Baju-baju koleksi kami ini beda dengan baju di toko-toko lain, karena saya yang bawa sendiri dari luar negeri. Jadi, jumlahnya terbatas dan mba tidak akan menemukan model dan bahan seperti ini di toko lain. Bla..bla..bla”. Sampai akhirnya, saya membeli juga, tentu dengan harga yang mungkin menguntungkan kedua belah pihak. Satu sama lain berkorban lah.. Itu baru OK..

Jadi, jangan menyerah..!

Beberapa ilustrasi diatas, kerapkali kita temui dan alami di kehidupan sehari-hari. Namun, apabila suatu saat kita berada di posisi sebagai penjual, maka sebaiknya 4 M ini dihindari.
Jadi ……
Jangan Malu !
Jangan Malas !
Jangan Marah !
Jangan Menyerah !

Keep our spirit …

Senin, 25 Agustus 2008

Buat Promosi Yang Unik & Menarik Yuukss..

“Paket Untung.. Paket Untung.. Penjualnya dapat.. Pembelinya pun dapat.. !”

Riuh jauh kudengar dari sebuah toko tempat aku berdiri. Tak hanya aku, hampir semua orang memalingkan pandangan untuk mencari dan melihat sumber keramaian itu. Terlihat dari ujung jalan, beberapa orang berpakaian hijau kuning nan nyentrik (sebut saja “Kelompok Hijau Kuning”), berjalan berkeliling sambil beberapa orang membawa dan memainkan alat musik berupa genderang dan kerincingan, dan seorang wanita cantik nan genit sebagai MC-nya. Sembari mengelilingi area pertokoan handphone, terkadang sesekali mereka “show off”, di area yang terlihat agak kosong, mengajak para pengunjung di sekitarnya untuk berjoget dan ber”quiz” ria bersamanya. Meriah, heboh, lucu.. ya itulah kesan yang kurasakan.

Apa yang kulihat saat itu adalah suatu bentuk promosi untuk menarik pelanggan, merefresh pelanggan atas brand image produknya atau sekedar menghibur pelanggan. Yah.. tapi apapun alasannya, tentu ada keuntungan yang dinikmati oleh pelanggan, baik pelanggan besar maupun eceran. Setiap toko yang dilewati “Kelompok Hijau Kuning” itu dan didapati adanya poster produk yang tertempel di dinding, maka toko mendapatkan hadiah berupa voucher Rp50 ribu. Begitu pula dengan customer toko handphone yang dilewati dan kedapatan sedang membeli produk tersebut, juga mendapatkan hadiah langsung berupa voucher Rp50 ribu. Yah.. sesuai dengan tema produk tersebut yang sering kita dengar dan lihat di media elektronik maupun cetak (“…., Paket Untung… Bonus Talktime 50%, Bla..bla..“, tidak perlu disebutkan nama produknya ya.. nanti dikira promosi.. ).

Walaupun nilai hadiah yang diberikan tidak terlalu besar, namun cara promosi seperti ini tentu akan berdampak positif di mata konsumen. Setidaknya konsumen akan teringat kejadian yang dilihatnya saat itu. Dan positifnya, bagi orang-orang yang saat itu belum menjadi pelanggan, kemudian dengan adanya promosi unik yang dilihatnya, mereka akan mulai mencari tahu tentang kelebihan-kelebihan yang dimiliki produk tersebut dibandingkan produk lainnya. Kesempatan..!! ya itulah kesempatan yang diharapkan perusahaan yang melakukan promosi tersebut untuk menarik pelanggan baru. Kesempatan lainnya, bagi para pelanggan yang sudah menggunakan produk tersebut, maka promosi yang dilakukan akan menjadi “reminder” atas produk, dan mungkin saja mereka akan menceritakan pengalamannya ke teman-teman yang belum menggunakan produk tersebut.

Promosi… Mmhh.. ya promosi sangatlah penting artinya bagi setiap penjual atau perusahaan yang hendak memasarkan produknya. Coba bayangkan, apabila kita punya produk untuk dijual, tapi kita hanya duduk menunggu pelanggan datang untuk membelinya. Kalau kata Tarzan (pelawak Srimulat itu lho), “Suatu Hal Yang Mustahal” kali ya…. Hehe…

Beberapa kunci keberhasilan sebuah promosi sebagai berikut :

1. Promosi yang dilakukan harus dapat dilihat dan ditemui khalayak ramai. Sebagai contoh, iklan di televisi pada saat acara yang sangat digemari oleh masyarakat. Sehingga pada saat acara televisi berlangsung, akan banyak penonton yang menyaksikan iklan yang tersisipkan diantaranya. Contoh lain, iklan di Billboard yang ditempatkan di jalan-jalan utama, yang pasti ramai dilalui pengunjung. Atau contoh lainnya, iklan di radio dengan memilih stasiun radio yang sudah dikenal dan sangat diminati masyarakat tentunya.
2. Promosi yang dilakukan haruslah dikemas secara unik dan menarik (tidak harus nyentrik atau norak lho, he..). Intinya agar pesan yang tersirat di dalam promosi harus sampai ke konsumen, mudah dimengerti dan diingat oleh konsumen. Sebagai contoh, iklan “Memang Tango Enak” (sederhana namun jelas mengiklankan langsung ke produknya), iklan Star Mild versi “Obsesi Sutradara” atau “Obsesi Sutradara” (memang iklan ini tidak langsung mengena ke produknya, namun iklan ini cukup unik dan sebagian besar masyarakat mungkin sudah tahu iklan produk apa itu. Seandainya tidak tahu pun, pasti penasaran ingin tahu deh… ).
3. Apabila kunci pertama (timing sudah tepat) dan kunci kedua (isinya sudah oke), kunci yang lain adalah frekuensi iklan. Semakin sering promosi dilakukan, tentu mau tidak mau, orang akan menyaksikan, melihat atau mendengar, dan apabila ini dilakukan secara kontiniu, maka hasilnya akan lebih efektif. Catatan : Yah… mengenai hal ini tentu terkait dengan anggaran, karena seperti kita ketahui bersama, anggaran promosi itu sangatlah mahal.

Jadi.. kita buat promosi yang unik dan menarik yuuukkkssss…

Berbagi Kasih dengan Sesama

" Tiada yang lebih berharga, ketika kita bisa berbagi dengan sesama yang membutuhkan uluran tangan kasih kita... "

Sabtu, 24 Mei 2008

Di hari Sabtu yang cerah, 3 mobil telah berkumpul di sebuah rumah mungil nan rapi di daerah Lebak Bulus, tepatnya Jl. Nangka No. 4. Sebuah yayasan penyandang cacat “Bakti Luhur”, sebagai tujuan bakti sosial kami, sebagai wujud kasih sayang dan peduli kami terhadap sesama.

“Hari ini kurasa bahagia..
Berkumpul bersama saudara semua..
Tuhan Allah tlah satukan kita
Tanpa memandang diantara kita..
Bergandengan tangan dalam kasih
Dalam satu hati..
Berjalan dalam terang kasih Tuhan..
Kau saudaraku..
Kau sahabatku..
Tiada yang dapat memisahkan kita..”

Begitu hangat.. begitu menyentuh hati kami, ketika lantunan lagu tersebut dinyanyikan dengan kompak oleh mereka (anak-anak dan dewasa), penghuni yayasan, menyambut kedatangan kami.. Sambung menyambung, satu demi satu lagu mereka bawakan dengan sepenuh hati.. Kami pun sangat bahagia.. terharu dengan kebersamaan yang mungkin sangat jarang kami rasakan sebelumnya.

Tak mengenal ras, suku, agama, kami berbaur dengan suasana yang begitu istimewa hari itu. Walaupun mereka cacat (secara fisik atau mental), namun tak ada rasa rendah diri yang terlihat di diri mereka, justru mereka sangat percaya diri dengan kemampuannya... menyanyi.. menari.. bahkan menjawab beberapa pertanyaan seputar ”pendidikan rohani”.

Sangat mulia para pekerja sosial (yang kebetulan adalah para suster) dalam merawat mereka semua di yayasan tersebut, karena kami sangat merasakan betapa sulitnya hari-hari yang harus mereka lalui.. Namun, kami percaya, semua niat dan perbuatan baik akan diridhoi oleh Yang Maha Kuasa.

Tak terasa, waktu begitu cepat berlalu.. kami pun harus mengakhiri kebersamaan hari itu.. mereka nampaknya butuh istirahat, karena kedatangan kami di sore hari itu sebenarnya agak mengganggu waktu istirahat mereka, kasihan... , dan kami pun sudah lelah sedari siang mempersiapkan acara bakti sosial itu.

Akhir acara, kami dihantar dengan sumbangan sebuah lagu dari seorang anak,

”...

Reff.
Bapa sentuh hatiku..
Ubah hidupku.. menjadi yang baru...
Bagai emas yang murni
Kau membentuk bejana hatiku..
Bapa.. ajarku mengerti
Semua kasih, yang selalu memberi
Sperti air mengalir .... yang tiada pernah berhenti... ”

Selamat tinggal teman-temanku ... kami akan datang kembali di lain waktu.. walaupun tidak di tempat yang sama, kami akan berbagi kebahagiaan dengan saudara-saudari kami yang lainnya. Yang pasti, hati kita telah menyatu, dan semua kenangan indah kita bersama tlah tersimpan di lubuk hati yang terdalam.

Tuhan memberkati kita semua
Amin..