Selasa, 18 September 2012

"Pasti Hidupku kan Bahagia..."


Malam ini aku lelah..sungguh teramat lelah.. Telah beribu kata kuungkapkan kepada orang-orang di sekelilingku, menyampaikan pesan bahwa aku lelah, teramat lelah... ternyata tak mampu mengusir kelelahanku..sungguh masih terasa lelah...
Hingga akhirnya kuputuskan untuk meraih sebuah buku yang tergeletak tak jauh dari tempat tidurku, sebuah kenang-kenangan yang kudapat dari sebuah training yang kuikuti beberapa minggu yang lalu... Padahal, begitu niatnya aku menuliskan tentang kisah ini (sesegera mungkin seusai masa training).., tapi rasa malas dan kantuk-ku seringkali lebih mujarab 'tuk membiarkan buku itu dan isinya tergeletak tanpa makna...

Namun, saat ini, malam ini, pukul 23.26 menjelang pagi tepatnya... niatku begitu besar untuk membuka buku itu, kucari bab-nya, dan satu topik yang sangat menarik perhatianku sejak menjadi topik bahasan training waktu itu hingga sekarang... Lalu kubuka netbook kecilku yang selalu setia menemani hari-hariku dengan segala karyaku - tulisan, ide-ide, kreasi, semua tertuang disini.. Dan agar tak terlalu sepi, kuputar sebuah lagu dari handphone-ku, “Separuh Aku” – lagu teranyar dari Ariel Peterpan dengan grup band barunya (Noah). Dan keyboard netbook-ku pun mulai merangkai kata, kalimat dan cerita pun dimulai....

Sebuah buku karangan Dale Carnegie yang banyak menceritakan tentang bagaimana menikmati hidup dan pekerjaan, dengan salah satu kisahnya yang ingin kusharingkan malam ini yaitu tentang “Apakah Anda Mensyukuri Apa Yang Anda Miliki Saat ini..?”

Sudah bertahun-tahun saya mengenal Harold Abbott. Dia tinggal di kota Webb, Missouri. Dia manajer untuk ceramah-ceramah saya. Suatu hari kami bertemu di kota Kansas dan dia mengantar saya ke Belton, Missouri. Selama perjalanan bermobil itu, saya bertanya bagaimana saya melenyapkan kecemasannya; dan dia mengisahkan cerita yang mengesankan, yang tidak akan pernah saya lupakan.

“Saya seorang pencemas”, katanya, “tetapi suatu hari di musim semi tahun 1934, ketika berjalan di Jalan West Doug-hetty di Webb, saya melihat pemandangan yang menghapuskan semua kecemasan saya. Itu semua terjadi hanya dalam waktu sepuluh detik; namun dalam waktu sependek itu, pelajaran hidup yang saya petik, jauh lebih banyak dari yang saya pelajari selama lebih dari sepuluh tahun sebelumnya.
Sudah dua tahun saya membuka toko bahan makanan di kota Webb. Selama itu hanya semua tabungan saya yang hilang, namun saya juga harus mencicil utang-utang selama 7 tahun. Sejak sabtu lalu, toko saya tutup. Dan sekarang saya mau ke Merchants and Miners Bank guna meminjam uang untuk bekal mencari pekerjaan di Kansas. Saya melangkah bagai orang yang sudah kalah. Saya kalah dalam semua upaya saya dan kepercayaan diri saya runtuh.

Lalu tiba-tiba saya melihat seseorang yang tidak mempunyai kaki di jalan raya. Dia duduk di papan kayu yang diberi roda. Kedua tangannya memegang tongkat kayu untuk menggerakkan papan tadi. Saya baru saja melihatnya menyebrangi jalan dan mulai mengangkat dirinya menaiki trotoar. Sewaktu dia mengangkat papan kayunya, matanya bertemu dengan mata saya. Dia menyalami saya sambil tersenyum lebar, “Selamat pagi, Tuan. Pagi yang cerah bukan..?”, katanya bersemangat. Sewaktu berdiri memandangnya, saya menyadari betapa kayanya saya. Saya punya dua kaki. Saya dapat berjalan. Saya malu karena merasa nasib saya malang. Saya berkata pada diri sendiri, kalau dia saja dapat hidup bahagia, gembira dan penuh percaya diri dengan tanpa kaki, maka dengan kedua kakiku yang utuh saya pasti BISA juga. Dada saya mengembang. Saya memutuskan yang tadinya hanya ingin meminjam uang 100 dolar, kini saya berani untuk meminjam 200. Tadinya saya meminjam hanya untuk pergi ke Kansas dan ‘mencoba’ mencari pekerjaan.  Tapi sekarang aya menyatakan dengan penuh keyakinan bahwa saya ingin pergi ke Kansas untuk ‘memperoleh’ pekerjaan. Dan.. saya memperoleh pinjaman itu dan memperoleh pekerjaan.

Kini, di kaca kamar mandi, saya cantumkan kalimat yang akan selalu saya baca tiap pagi, ketika mencukur jenggot, demikian “Saya pernah murung karena tidak mempunyai sepatu; ketika sampai di jalanan, saya bertemu dengan orang yang tidak mempunyai kaki..”

Cerita singkat ini sungguh menakjubkanku... membuatku bangkit perlahan dari rasa penat dan lelahku.. Belajar bersyukur atas segala yang kumiliki..
Selama nafas ini masih ada..selama rasa dan pikiran ini masih ada, sudah selayaknya kita pergunakan untuk membuat hidup kita dan hidup orang lain menjadi lebih berarti...
Terima kasih Tuhan, Kau tak pernah tinggalkanku...

>> Dan kini, waktu menunjukkan pukul 00.10, satu syair penutup dari lagu “Simphony yang Indah” yang terdengar merdu dari Once - salah satu penyanyi favoritku pun mengakhiri tulisan dan sharing-ku malam ini..

“pasti hidupku kan bahagia....”

yah...dengan rasa syukur yang kita miliki, pasti hidup kita kan bahagia... 


Tidak ada komentar: